kepolosan jiwa dibalut raga yang belum matang...
kala kaki menginjak bumi berbedak debu...
angin sepoy malam membawa keruleng hinggapan diantara dua bunga...
minat tak ada hanya shohib tuk bisa kesana..
bayangan yang jelas nampak menyinari hati...
niat tak kunjung ada kini meronta untuk kembali...
cakup cakup induk bunga yang memendam misteri...
raga jiwa yang terpatri karena gen dan ego...
kadang keras membaja bagai sebuah tenaga liar tak kunjung reda...
kesamaan adalah kenestapaan manakala semuanya bersatu...
melainkan leleh pada diri seperti lilin dinyala lampu dimati...
tak ada kata perbuatanpun bermakna..kata untuk yang terpenting guna keterpaduan...
bayang itu kini mulai redup karena isu yang melambung...
terlampoi batang ujung dunia pendakian ujung langit...
samudera tertembus mata kala fakta berbicara...
tak anyal semuanya terjadi seperti ini...
hanya doa dan kata beralaskan gerak nan seadanya...
keberkahan hidup sudah pudar entah masih adakah...
gelegar tawa hanya ada tanpa makna sejati...
kini membara api selalu tersulut hal sepele...
mudah tergesek dan terpercik kepicikan diri...
masuk kedalam jiwa nan rendah...
kala mulut bertutur...hati menjerit...tangan bergerak...
terperosok dalam jurang diri nan naif...
adakah serambi yang bisa membawa diri...
adakah setetes air yang bisa menyirami...
adakah waktu berpihak untuk nurani...
cukup...hanya dari kata...
cukup menyesal hanya sesaat...
cukup aku rindukan ajal berkunjung menjemputku...
kala kaki menginjak bumi berbedak debu...
angin sepoy malam membawa keruleng hinggapan diantara dua bunga...
minat tak ada hanya shohib tuk bisa kesana..
bayangan yang jelas nampak menyinari hati...
niat tak kunjung ada kini meronta untuk kembali...
cakup cakup induk bunga yang memendam misteri...
raga jiwa yang terpatri karena gen dan ego...
kadang keras membaja bagai sebuah tenaga liar tak kunjung reda...
kesamaan adalah kenestapaan manakala semuanya bersatu...
melainkan leleh pada diri seperti lilin dinyala lampu dimati...
tak ada kata perbuatanpun bermakna..kata untuk yang terpenting guna keterpaduan...
bayang itu kini mulai redup karena isu yang melambung...
terlampoi batang ujung dunia pendakian ujung langit...
samudera tertembus mata kala fakta berbicara...
tak anyal semuanya terjadi seperti ini...
hanya doa dan kata beralaskan gerak nan seadanya...
keberkahan hidup sudah pudar entah masih adakah...
gelegar tawa hanya ada tanpa makna sejati...
kini membara api selalu tersulut hal sepele...
mudah tergesek dan terpercik kepicikan diri...
masuk kedalam jiwa nan rendah...
kala mulut bertutur...hati menjerit...tangan bergerak...
terperosok dalam jurang diri nan naif...
adakah serambi yang bisa membawa diri...
adakah setetes air yang bisa menyirami...
adakah waktu berpihak untuk nurani...
cukup...hanya dari kata...
cukup menyesal hanya sesaat...
cukup aku rindukan ajal berkunjung menjemputku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tafadhlol akhi...ukti...silahkan...BTS ( Bebas Tapi Sopan )