Minggu, 26 Juni 2011

KONSEP-KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
rganisasi adalah kelompok manusia yang dibentuk dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tiga karakteristik umum organisasi antara lain:
1. Setiap organisasi memiliki tujuan berbeda,
2. Setiap organisasi terdiri dari beberapa manusia,
3. Semua organisasi mengembangkan struktur yang sesuai sehingga anggotanya dapat melaksanakan pekerjaannya.
Namun sifat dasar dari organisasi itu sendiri telah berubah karena dunia sekelilingnya berubah sesuai dengan perkembangan zaman, misalnya perubahan sosial. ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain. Dengan demikian untuk mencapai tujuan organisasi harus memikirkan cara baru. Tabel 1.1. Perbandingan Organisasi Tradisional dan Kontemporer
Organisasi Tradisional
Organisasi Kontemporer
a. stabil
b. tidak fleksibel
c. fokus pada pekerjaan
d. pekerjaan didefinisikan berdasarkan posisi kerja
e. orientasi secara individu
f. pekerjaan tetap
g. orientasi pada perintah
a. dinamis
b. fleksibel
c. fokus pada keahlian
d. pekerjaan didefinisikan berdasarkan tugas yang harus diselesaikan
e. orientasi secara tim
f. pekerjaan temporer
g. orientasi pada keterlibatan
O
O
1
Manajemen 2 dalam Gamitan Pendidikan
Organisasi Tradisional
Organisasi Kontemporer
h. manajer selalu mengambil keputusan
i. orientasi pada peraturan
j. tenaga kerja relatif homogen
k. hari kerja berkisar 9 ke 5
l. relasi yang hirarkis
m.bekerja dengan fasilitas organisasi selama jam tertentu
h. karyawan turut serta dalam pengambilan keputusan
i. orientasi pada pelanggan
j. tenaga kerja relatif bervariasi
k. hari kerja tidak dibatasi
l. relasi yang lateral dan jaringan
m.bekerja di man saja, kapan saja
Untuk merumuskan tujuan dan dengan apa mencapainya diperlukan suatu sistem manajemen.
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola (yang diatur adalah semua unsur-unsur manajemen, yaitu: Men, Money, Methods, Materials, Machines, dan Market (6M)). Menurut Parker (Stoner & Freeman, 2000), manajemen ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui tangan-tangan orang lain. Menurut George R. Terry (1960), manajemen adalah suatu proses (fungsi) nyata yang terjadi dalam aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Berdasarkan ketiga konsep manajemen di atas, yang dimaksud dengan manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

B. TANGGUNG JAWAB MANAJER
Manajer merupakan anggota organisasi yang memberitahukan kepada anggota lain apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Seorang manager bertanggung jawab atas pencapaian sasaran organisasi melalui pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien. Efektif berarti melakukan hal yang tepat dalam rangka mencapai sasaran atau peringkat tertentu sehingga manager mencapai tujuannya. Sementara efisien berarti melakukan hal dengan tepat untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya. Tabel 1.2. Perbandingan Konsep Efektif dan Efisien
Efisien
Efektif
Melakukan sesuatu dengan tepat dan benar yaitu tidak memboroskan sumber daya
Melakukan hal yang tepat/dan benar
Output sebanyak-banyaknya dari sejumlah terkecil input yang diberikan
Melaksanakan segala aktivitas kerja yang akan membantu pencapaian tujuan organisasi
Berkenaan dengan harta atau peralatan
Berkenaan dengan akhir (tujuan)
Efisiensi berkenaan dengan memperoleh output sebanyak-banyaknya dari sejumlah terkecil input yang diberikan, (melakukan sesuatu dengan benar yaitu tidak memboroskan sumber daya). Keefektifan kerap kali digambarkan melakukan hal yang tepat dan benar, yaitu melaksanakan segala aktivitas kerja yang akan membantu pencapaian tujuan organisasi. Mantja (2000) membedakan antara manajer dengan leader. Perbedaan kedua pemimpin ini disajikan dalam tabel 1.3.
Manajemen 4 dalam Gamitan Pendidikan
Tabel 1.3. Perbedaan Manajer dengan Leader
Fokus Manajer
Fokus Leader
a. Tujuan
a. Visi (vision)
b. Banyak mengatakan bagaimana dan kapan
b. Banyak menawarkan apa dan mengapa
c. Berpikir dan bertindak jangka pendek
c. Berpikir dan bertindak jangka panjang
d. Organisasi dan struktur
d. Manusia
e. Otoriter
e. Demokratis
f. Pemeliharaan
f. Pengembangan
g. Pengadministrasian
g. Pengarahan
h. Prosedur
h. Kebijakan
i. Konsistensi
i. Keluwesan
j. Resiko dihindari
j. Resiko sebagai peluang
k. Efisiensi
k. Keefektifan
C. SUMBER DAYA BAGI MANAJER
Sumber daya bagi manajer adalah manusia, finansial, fisik dan informasi.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Manager bertanggungjawab atas terlaksananya pekerjaan dengan adanya para tenaga kerja. Manusia merupakan sumber daya yang paling berharga bagi manager. Seorang manager tidak mungkin membuat seluruh gambaran tentang suatu usaha sendiri tanpa orang lain, tetapi hal itu dapat diselesaikan dengan bantuan para staf. Manager hendaknya mempekerjakan orang-orang yang terbaik sedapat mungkin, dan selanjutnya dilatih untuk mendapatkan sumber daya manusia yang profesional sehingga dapat memaksimalkan produksi.

Sumber Daya Finansial
Kebanyakan manager memiliki anggaran biaya untuk mengoperasikan usahanya dalam periode tertentu. Dengan kata lain anggaran menguraikan sumber daya finansial yang tersedia. Manager bertanggungjawab untuk memastikan bahwa tidak terjadi pemborosan penggunaan dana yang ada. Sebagai contoh: Manajer sendiri yang memasukkan uang tunai ke dalam laci kas sebelum toko dibuka. Dia juga memperkirakan biaya upah sebagai persentasi penjualan untuk mencapai target keuntungan. Manajer bertanggung jawab dalam hal memaksimalkan keuntungan di Perusahaan.
3. Sumber Daya Fisik
Agar pekerjaan tuntas secara efisien dan efektif membutuhkan sumber daya fisik, seperti: gedung, barang dagangan, etalase tempat memajang barang dagangan, komputer untuk merekam penjualan dan inventaris, juga mencakup inventaris di gudang dan perlengkapan seperti daftar harga, hanger, slip harga, dll. Manajer bertanggungjawab untuk menjaga perlengkapan tersebut dalam kondisi baik dan menjamin bahwa barang-barang yang diperlukan tersedia. Deadline tidak akan tercapai, penjualan saat ini dan bisnis di masa mendatang akan gagal jika sumber daya fisik ini tidak tersedia dan tidak digunakan serta tidak dipelihara dengan baik.
4. Sumber Daya Informasi
Manager membutuhkan informasi dari berbagai sumber. Komputer digunakan untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari dalam dan antar perusahaan. Ketika manager memeriksa Voicemail, membuat panggilan
Manajemen 6 dalam Gamitan Pendidikan
telepon, memberi arahan pada pekerja untuk mengatur penampilan, dan menghadiri pertemuan, selalu menggunakan sumber informasi. Berbagi informasi dengan rekan kerja akan meningkatkan keberhasilannya sebagai manajer. Informasi berlanjut pada peningkatan hal-hal penting sebagai sarana dalam peningkatan kecepatan usaha bisnis dalam persaingan lingkungan global. Tingkat kinerja organisasi didasarkan pada seberapa efektif dan efisien para manager memanfaatkan sumber daya untuk mencapai sasaran. Manager bertanggungjawab mengevaluasi seberapa baik mereka dalam memperoleh sasaran dengan pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien. Trend saat ini adalah menuntut manager mencapai sasaran dengan sumber daya yang lebih sedikit. Manager saat ini diharapkan bekerja sebagai team leader dengan anggota yang beraneka ragam.
D. KEMAMPUAN MANAJER
Menjadi seorang manajer yang sukses dibutuhkan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki, antara lain: kemampuan teknis (technical skills), kemampuan komunikasi dan kemanusiaan (human and communication skills), kemampuan konseptual serta pengambilan keputusan (conceptual and decision-making skills).
1. Kemampuan Teknis (Technical Skills)
Kemampuan teknis adalah kemampuan manajer menggunakan metode dan teknik dalam melaksanakan suatu tugas. Sebagai contoh: Untuk membuat anggaran manager perlu menguasai program Excel. Manajer membutuhkan keahlian komputer untuk membuka toko, mengirim data, merekam hasil penjualan. Kebanyakan tenaga kerja

dipromosikan ke posisi manager karena kemapuan teknis mereka. Kemampuan teknis sangat luas sesuai dengan jenis pekerjaannya.
2. Kemampuan Komunikasi dan Kemanusiaan (Human and Communication Skills)
Kemampuan komunikasi dan kemanusiaan merupakan kemampuan manajer bekerja sama dengan anggota tim. Tanpa kemampuan komunikasi sangat sulit menjadi anggota tim atau manager yang efektif. Saat ini tenaga kerja ingin berpartisipasi dalam manajemen. Karena itu terdapat peningkatan penggunaan tim dengan penekanan pada hubungan manusiawi yang baik. Semakin serasi manajer dengan tenaga kerja akan semakin mempengaruhi keberhasilan dalam manajemen. Manajer tidak harus menyukai seseorang, meskipun itu benar-benar membantu, untuk dapat membangun hubungan kerja yang baik. Manajer banyak bekerja dengan tenaga kerja dan pelanggan karena itu kemampuan komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk menjadi seorang manager. (Bagaimana bekerja dengan beragam individu, mengembangkan kemampuan SDM, berkomu-nikasi, memotivasi dan memimpin orang lain, mengelola tim, mengelola konflik, meningkatkan kinerja tenaga kerja), hal seperti ini yang diharapkan dari seorng manajer.
3. Kemampuan Konseptual dan Pengambilan Keputusan (Conceptual and Decision-Making Skills)
Kemampuan konseptual dan pengambilan keputusan merupakan kemampuan manajer dalam memahami ide yang abstrak dan memilih alternatif dalam penyelesaian masalah.
Manajemen 8 dalam Gamitan Pendidikan
Istilah lain untuk kemampuan konseptual adalah berpikir sistem, atau kemampuan memahami suatu organisasi atau departemen secara keseluruhan dan pertalian antar bagiannya. Oleh karena bisnis berkompetisi dalam lingkungan global yang beragam secara kontinu, maka dibutuhkan analisis dan pengambilan keputusan yang kreatif, mengacu kepada pemikiran kritis, dalam menyelesaikan konflik dan mencari pemecahan masalah. Sebagai contoh bagian penting dari pekerjaan manager adalah menetapkan barang dagangan apa yang harus dijual, bagaimana tampilan dari dagangan, dan siapa yang harus dipekerjakan.
E. INDIKATOR KEMAMPUAN MANAJEMEN
Bagaimana mengukur kemampuan yang dimiliki seorang manajer? Agar dapat mengukur kemampuan tersebut dibutuhkan indikator-indikator yang menggambarkan penguasaan seorang manajer atas suatu kemampuan tertentu. Indikator-indikator yang dimaksud diuraikan sebagai berikut.
1. Kemampuan Interpersonal
a. Keahlian melatih dan menasehati
b. Keahlian bekerja dengan orang dan budaya yang berbeda
c. Membangun jaringan dalam organisasi
d. Membangun jaringan ke luar organisasi
e. Bekerja dalam tim, koperasi dan komitmen
2. Kemampuan Konseptual
a. Kemampuan menggunakan informasi dalam memecahkan masalah
b. Pengidentifikasian kesempatan untuk melakukan inovasi
c. Mengenali daerah masalah dan menerapkan pemecahan masalah

d. Memilih informasi kritis dari sejumlah besar data
e. Memahami penggunaan teknologi dalam bisnis
f. Memahami model bisnis organisasi
3. Keahlian Komunikasi
a. Kemampuan mentransformasi ide ke dalam kata dan tindakan
b. Kepercayaan antara rekan kerja, sejawat dan bawahan
c. Mendengar pertanyaan dan bertanya
d. Keahlian presentasi, format lisan
e. Keahlian presentasi, format tertulis dan grafis
4. Kemampuan tentang Keefektifan
a. Kontribusi terhadap misi perusahaan/tujuan instansi
b. Fokus pelanggan
c. Mengerjakan beberapa tugas sekaligus
d. Keahlian bernegosiasi
e. Pengelolaan proyek
f. Mereview operasi dan menerapkan perbaikan
g. Menata dan memelihara kinerja standar secara internal maupun eksternal
h. Menata perhatian dan tindakan yang menjadi prioritas
i. Mengelola waktu
Prof. Ghiselli (mengidentifikasi 6 karakter manager yang perlu dalam mendukung kesuksesannya: (1) Kemampuan sebagai supervisor (perencanaan, organisasi, kepemimpinan, kontrol), (2) Memiliki rasa butuh akan pencapaian hal-hal terkait dengan pekerjaan, (3) Inteligensi, (4) Ketegasan, (5) Kepercayaan terhadap kemampuan sendiri, dan (6) Inisiatif.
Manajemen 10 dalam Gamitan Pendidikan
F. EMPAT FUNGSI MANAJEMEN
Ada empat fungsi Manajemen yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading) dan mengontrol (controlling).
1. Merencanakan (Planning)
Merencanakan adalah proses penataan tujuan-tujuan dan menetapkan sejak awal secara tepat bagaimana tujuan itu akan diperoleh. Contoh: jadwal para tenaga kerja, target pekerjaan yang harus dicapai, mengembangkan anggaran. Kemampuan merencanakan harus berdasar pada kemampuan konseptual dan pengambilan keputusan yang tepat.
2. Mengorganisasi (Organizing)
Mengorganisasi adalah proses pendelegasian dan mengkoordinasi tugas-tugas dan sumber daya untuk mencapai tujuan. Bagian penting dari koordinasi adalah menetapkan anggota untuk aneka tugas dan pekerjaan. Bagian penting dari organisasi adalah staffing yaitu proses memilih, melatih dan mengevaluasi tenaga kerja. Kemampuan mengorganisasi berdasar pada kemampuan konseptual dan pengambilan keputusan serta kemampuan komunikasi dan kemanusiaan.
3. Memimpin (Leading)
Memimpin adalah proses mempengaruhi pekerja agar bekerja ke arah pencapaian tujuan. Manager harus mengkomunikasikan tujuan dan memotivasi pekerja untuk mencapainya baik secara individu maupun dalam tim. Kemampuan memimpin berdasar pada kemampuan komunikasi dan kemanusiaan.

4. Mengontrol (Controlling)
Mengontrol adalah proses menyediakan dan menerapkan mekanisme untuk memastikan bahwa tujuan tercapai. Bagian penting dari Controlling adalah mengukur kemajuan berkenaan dengan pencapaian tujuan dan pengambilan tindakan koreksi jika diperlukan. Kemampuan mengontrol berdasar pada kemampuan konseptual dan pengambilan keputusan serta kemampuan komunikasi dan kemanusiaan. Semua fungsi ini untuk mengarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah dinyatakan. Tabel 1.4. Empat Fungsi Manajemen
Merencanakan
Mengorganisasi
Memimpin
Mengendalikan
Menetapkan tujuan; Menetapkan strategi; Mengembangkan rencana untuk mengordinasi kegiatan
Menetapkan apa yang perlu dikerjakan; Bagaimana mengerjakannya; Siapa yang mengerjakan
Memotivasi, memimpin, dan tindakan lain yang tercakup dalam hubungan dengan masyarakat
Memonitor kegiatan untuk memastikan bahwa organisasi berjalan sesuai dengan rencana
Adakalanya di samping menjalankan fungsi manajemen, seorang manajer juga menjalankan fungsi non manajemen. Namun demikian, semakin tinggi tingkatan manajer maka semakin berkurang fungsi non manajemennya. Sebagai contoh working manager juga melakukan fungsi non-manajemen seperti: menunggu pelanggan secara langsung, mengkopi analisis bisnis yang sedang dikerjakan. Pada tingkat general manager fungsi non-manajemen semakin berkurang dan district manager tanpa fungsi non-manajemen sama sekali.
Selanjutnya bagaimanakah sistem relasi antar keempat fungsi manajemen ini. Keempat fungsi manajemen bukan merupakan proses linier. Artinya manager tidak selalu
Manajemen 12 dalam Gamitan Pendidikan
merencanakan terlebih dahulu lalu mengorganisasi kemudian memimpin dan akhirnya mengontrol. Keempat fungsi tersebut terpisah namun memiliki kaitan. Manager kerap melakukan keempat fungsi ini secara bersamaan. Bahkan setiap fungsi tergantung pada fungsi yang lain.
G. PERAN MANAJEMEN (MANAGEMENT ROLES)
Peran (role) merupakan sekumpulan harapan atau dugaan tentang bagaimana perilaku seseorang terhadap situasi yang diberikan. Mintzberg mengelompokkan peran manajemen ke dalam tiga kategori, yaitu: berkenaan dengan interpersonal, informasi dan keputusan.
1. Peran Intrepersonal (Interpersonal Roles)
Mencakup wakil pemimpin (figurehead), pemimpin (leader) dan penghubung (liaison). (a) Menjalankan peran wakil pimpinan (figurehead) saat mewakili organisasi dalam perayaan atau kegiatan simbolik, (b) Menjalankan peran pemimpin (leader) saat memotivasi, melatih, berkomunikasi dan mempengaruhi yang lain, (c) Menjalankan peran penghubung (liaison) saat berinteraksi dengan masyarakat luar.
2. Peran Terkait Informasi (Informational Roles)
Mencakup pemantau (monitor), penyebar (disseminator), dan juru bicara (spokesperson). (a) Menjalankan peran pemantau (monitor) ketika membaca dan berbicara kepada orang lain untuk mengumpulkan informasi, (b) Menjalankan peran penyebar (disseminator) ketika mengirimkan informasi kepada yang lain, (c) Menjalankan peran juru bicara (spokesperson) ketika menyediakan informasi kepada masyarakat di luar organisasi.

3. Peran Terkait Keputusan (Decisional Roles)
Mencakup peran sebagai pengusaha (entrepreneur), yang menangani gangguan (disturbance-handler), pembagi sumber daya (resource-allocator) dan juru runding (negotiator). (a) Menjalankan peran pengusaha (entrepreneur) ketika menginovasi dan memulai suatu perbaikan, (b) Menjalankan peran yang menangani gangguan (disturbance-handler) ketika mengambil tindakan koreksi dalam situasi perselisihan atau krisis, (c) Menjalankan peran pembagi sumber daya (resource-allocator) ketika menyusun jadwal, memohon pelimpahan wewenang, penyusunan anggaran dan program kegiatan, (d) Menjalankan peran juru runding (negotiator) ketika mewakili departemen atau organisasi dalam transaksi non rutin. Ketika manajer melaksanakan peran, kegiatannya juga mencakup berpikir reflektif (berpikir dengan bijak) dan bertindak (kegiatan praktis). Ketika manajer berefleksi berarti mereka berpikir, merenung dan berkontemplasi, manager bertindak mereka melakukan sesuatu, menjalani, dan secara aktif terlibat. Tabel 1.5. Deskripsi Peran Manajer
Peran
Deskripsi
Contoh Aktivitas
Peran Interpersonal
Wakil pimpinan (Figurehead)
Pemimpin simbolis, wajib melakukan sejumlah tugas rutin dari lingkungan legal maupun sosial
Memberi salam kepada pengunjung, menandatangani dokumen resmi
Pemimpin (Leader)
Bertanggungjawab atas motivasi bawahan, bertanggungjawab atas pengangkatan pegawai, pelatihan dan tugas yang berhubungan
Melaksanakan dengan sesungguhnya semua kegiatan yang terkait dengan bawahan
Manajemen 14 dalam Gamitan Pendidikan
Peran
Deskripsi
Contoh Aktivitas
Penghubung (Liaison)
Menegakkan jaringan yang dikembangkan sendiri terhadap hubungan atau sumber informasi dari luar yang menyediakan bantuan dan informasi
Mengesahkan surat, mengerjakan pekerjaan luar dewan, melaksanakan kegiatan lain yang terkait dengan masyarakat luar
Peran terkait Informasi
Monitor
Mencari dan menerima informasi yang sangat beragam baik internal dan eksternal untuk mengembangkan pemahaman menyeluruh mengenai organisasi dan lingkungan.
Membaca laporan berkala, membangun kontak personal
Penyebar Informasi
Mengirimkan informasi yang diterima dari luar atau bawahan kepada anggota organisasi
Menangani pertemuan informasional, melakukan panggilan telepon untuk menyebarkan informasi,
Juru bicara
Mengirimkan informasi kepada pihak luar mengenai rencana, kebijakan, tindakan dan hasil organisasi
Menangani pertemuan dewan, memberi informasi ke media
Peran terkait keputusan
Pengusaha (Entrepreneur)
Menelusuri kepentingan organisasi dan lingkungan dan memprakarsai “proyek perbaikan” untuk membawa perubahan
Mengorganisasi strategi dan sesi review untuk mengembangkan program baru

Yang Menangani Gangguan (Disturbance-Handler)
Bertanggungjawab atas tindakan perbaikan/ koreksi ketika organisasi berhadapan dengan gangguan yang penting dan tak diharapkan
Mengorganisasi strategi dan sesi review yang terkait dengan gangguan dan krisis
Pembagi Sumber Daya (resource-allocator)
Bertanggungjawab atas pengalokasian segala jenis sumber daya organisasi – membuat atau menyetujui semua keputusan organisasi yang signifikan
Membuat jadwal, memohon otorisasi, melaksanakan segala kegiatan yang terkait dengan pengangguran dan pemrograman pekerjaan bawahan
Juru Runding (Negotiator)
Bertanggungjawab untuk mewakili organisasi pada negosiasi besar.
Turut berpartisipasi dalam negosiasi perjanjian serikat kerja
H. TIGA LEVEL MANAJEMEN
Terdapat tiga tingkatan manajemen yaitu: manajer puncak, manajer menengah dan manajer awal. Perbedaan masing-masing tingkatan manajer ini diuraikan sebagai berikut.
a. Manager Puncak (Top Manager)
Merupakan posisi eksekutif, sering disebut ketua dewan, chief executive officer (CEO), presiden (president) atau wakil presiden. Bertanggungjawab mengelola keseluruhan organisasi atau bagian besarnya. Mereka mengembangkan dan mendefinisikan arah, tujuan, strategi dan rencana jangka panjang organisasi. Melaporkan kepada eksekutif lain atau dewan direksi dan mengawasi kegiatan manager menengah.
Manajemen 16 dalam Gamitan Pendidikan
b. Manager Menengah (Middle Manager)
Sering disebut sales manager, manager cabang, kepala instansi. Bertanggung jawab dalam menerapkan strategi dari manager puncak dengan mengembangkan rencana operasi jangka pendek. Melapor pada eksekutif dan memantau pekerjaan manager awal.
c. Manager Awal (First-line Manager)
Sering disebut supervisor, kepala perawat, office manager. Bertanggungjawab menerapkan rencana operasi manager menengah. Melapor pada manager menengah dan memantau karyawan. Karyawan adalah pekerja dalam suatu organisasi yang tidak memegang posisi manager. Melapor pada manajer awal, menjalankan kegiatan produksi, menunggu pelanggan, melakukan perbaikan, dll.
I. JENIS MANAJER
Secara umum terdapat tiga jenis manajer yaitu: manajer umum (general), fungsional (functional) dan proyek (project)
1. General manager memantau kegiatan beberapa instansi yang menjalankan beberapa kegiatan yang berbeda.
2. Fungsional manager memantau kegiatan terkait dengan tugas tertentu. Empat wilayah yang biasanya di bawah manager fungsional adalah manajemen operasi/produksi, marketing, finansial/akunting dan sumber daya manusia.
a. Manager Produksi bertanggungjawab dalam pembuatan produksi, sementara manager operasi bertanggungjawab menyediakan layanan.
b. Manager Marketing bertanggungjawab menjual dan mengiklankan produk dan layanan

Manager Akunting bertanggungjawab membuat catatan penjualan dan pengeluaran (menerangkan pemasukan dan pengeluaran) serta menetapkan keuntungan. Sementara Manager Finansial bertanggungjawab dalam memperoleh dana yang dibutuhkan dan penanaman modal.
d. Manager Sumber Daya Manusia bertanggungjawab meramalkan kebutuhan tenaga kerja di masa mendatang, perekrutan, seleksi, evaluasi dan memberi ganti rugi kepada karyawan. Manager ini juga memastikan bahwa karyawan mengikuti panduan dan peraturan resmi.
3. Manager Proyek mengkoordinasi karyawan dan sumber daya lain lintas beberapa instansi fungsional untuk menyelesaikan tugas tertentu, sebagai contoh: mengembangkan dan memproduksi barang-barang tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tingkatan dan fungsi manajemen dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 1.1. Tingkatan dan Fungsi Manajemen
Kecenderungan manajemen saat ini adalah memotong tingkatan manajemen, khususnya manajer menengah, dan
Presiden
Manajemen puncak
Manager Marketing
Manager Operasi
Manager Finansial
Manager SDM
Supervisor periklanan
Supervisor penjualan
Supervisor produk A
Supervisor produk B
Supervisor Akunting
Supervisor finansial
Supervisor keuntungan
Supervisor pelatihan
pelaksana
pelaksana
pelaksana
pelaksana
pelaksana
pelaksana
pelaksana
pelaksana
Manajemen menengah
Manajemen awal - Supervisor
Nonmanajemen –Karyawan Pelaksana
Manajemen 18 dalam Gamitan Pendidikan
menjembatani kesenjangan antar tingkatan manajemen. Organisasi juga mengembangkan struktur manajemen yang tidak kaku.
J. HUBUNGAN KEMAMPUAN, TINGKATAN DAN FUNGSI MANAJEMEN
Setiap tingkatan manajemen perlu menguasai keempat kemampuan manajemen, namun kemampuan mana yang paling dibutuhkan pada masing-masing tingkatan? Tentu saja seluruh tingkat manajemen harus menguasai kemampuan komunikasi dan kemanusiaan, sebab tanpa kemampuan ini seorang manajer tidak dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal. Sebagaimana diuraikan sebelumnya manajer awal perlu menguasai kemampuan teknis. Demikian juga halnya dengan manajer tingkat menengah, meskipun lebih sedikit dibanding dengan manajer awal. Manajer puncak wajib menguasai kemampuan konseptual dan pengambilan keputusan sebab kebijakan dan arah organisasi menjadi tanggung jawabnya. Manajer tingkat menengah juga perlu menguasai kemampuan ini hingga taraf tertentu. Tabel 1.6. Hubungan Tingkatan Manajer dan Kemampuan
Kemampuan
Tingkatan Manajer
Puncak
Menengah
Awal
Komunikasi dan kemanusiaan



Konseptual dan pengambilan keputusan


Teknis


Manager menengah perlu menyeimbangkan ketiga kemampuan, namun kebutuhan itu bervariasi untuk tiap organisasi. Semua manager melaksanakan empat fungsi manajemen namun tiap tingkatan menyediakan waktu yang
ADMINISTRASI/MANAJEMEN PENDIDIKAN
Dalam pembahasan ini, konsep administrasi dipandang sama dengan konsep Manajemen. Manajemen Pendidikan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan pendidikan, secara sederhana manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang diterapkan dalam bidang pendidikan dengan spesifikasi dan ciri-ciri khas yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu pemahaman tentang manajemen pendidikan menuntut pula pemahaman tentang manajemen secara umum. Berikut ini akan dikemukakan tentang makna manajemen.
1. Konsep Administrasi/Manajemen
Dari segi bahasa management berasal dari kata manage (to manage) yang berarti to conduct or to carry on, to direct” (Webster Super New School and Office Dictionary), dalam Kamus Inggeris Indonesia kata Manage diartikan “Mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola”(John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia) , Oxford Advanced Learner’s Dictionary mengartikan Manage sebagai “to succed in doing something especially something difficult….. Management the act of running and controlling business or similar organization” sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Manajemen diartikan sebagai “Prose penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran”(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Adapun dari segi Istilah telah banyak para ahli telah memberikan pengertian manajemen, dengan formulasi yang berbeda-beda, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian manajemen guna memperoleh pemahaman yang lebih jelas.
Tabel 2.1.
Pendapat Pakar tentang Manajemen/Administrasi
No
Pengertian Administrasi/manajemen
Pendapat
1.
The most comporehensive definition views management as an integrating process by which authorized individual create, maintain, and operate an organization in the selection an accomplishment of it’s aims
(Lester Robert Bittel (Ed), 1978 : 640)
2.
Manajemen itu adalah pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan sumberdaya, yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu
(Prajudi Atmosudirdjo,1982 : 124)
3.
Management is the use of people and other resources to accomplish objective
( Boone& Kurtz. 1984 : 4)
4.
.. management-the function of getting things done through people
(Harold Koontz, Cyril O’Donnel:3)
5.
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindsakan-tindakan : Perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan poengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain
(George R. Terry, 1986:4)
6.
Manajemen dapat didefinisikan sebagai ‘kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain’. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana utama administrasi
(Sondang P. Siagian. 1997 : 5)
7.
Management is the process of efficiently achieving the objectives of the organization with and through people
De Cenzo&Robbin
1999:5
dengan memperhatikan beberapa definisi di atas nampak jelas bahwa perbedaan formulasi hanya dikarenakan titik tekan yang berbeda namun prinsip dasarnya sama, yakni bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan adalah dalam rangka mencapai suatu tujuan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada, sementara itu definisi nomor empat yang dikemukakan oleh G.R Terry menambahkan dengan proses kegiatannya, sedangkan definisi nomor lima dari Sondang P Siagian menambah penegasan tentang posisi manajemen hubungannya dengan administrasi. Terlepas dari perbedaan tersebut, terdapat beberapa prinsip yang nampaknya menjadi benang merah tentang pengertian manajemen yakni :
1. Manajemen merupakan suatu kegiatan
2. Manajemen menggunakan atau memanfaatkan pihak-pihak lain
3. Kegiatan manajemen diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Setelah melihat pengertian manajemen, maka nampak jelas bahwa setiap organisasi termasuk organisasi pendidikan seperti Sekolah akan sangat memerlukan manajemen untuk mengatur/mengelola kerjasama yang terjadi agar dapat berjalan dengan baik dalam pencapaian tujuan, untuk itu pengelolaannya mesti berjalan secara sistematis melalui tahapan-tahapan dengan diawali oleh suatu rencana sampai tahapan berikutnya dengan menunjukan suatu keterpaduan dalam prosesnya, dengan mengingat hal itu, maka makna pentingnya manajemen semakin jelas bagi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan.
2. Konsep Administrasi/Manajemen Pendidikan
Setelah memperoleh gambaran tentang manajemen secara umum maka pemahaman tentang manajemen pendidikan akan lebih mudah, karena dari segi prinsip serta fungsi-fungsinya nampaknya tidak banyak berbeda, perbedaan akan terlihat dalam substansi yang dijadikan objek kajiannya yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
Oteng Sutisna (1989:382) menyatakan bahwa Administrasi pendidikan hadir dalam tiga bidang perhatian dan kepentingan yaitu : (1) setting Administrasi pendidikan (geografi, demograpi, ekonomi, ideologi, kebudayaan, dan pembangunan); (2) pendidikan (bidang garapan Administrasi); dan (3) substansi administrasi pendidikan (tugas-tugasnya, prosesnya, asas-asasnya, dan prilaku administrasi), hal ini makin memperkuat bahwa manajemen/administrasi pendidikan mempunyai bidang dengan cakupan luas yang saling berkaitan, sehingga pemahaman tentangnya memerlukan wawasan yang luas serta antisipatif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat disamping pendalaman dari segi perkembangan teori dalam hal manajemen/administrasi.
Dalam kaitannya dengan makna manajemen/Administrasi Pendidikan berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian manajemen pendidikan yang dikemukakan para ahli. Dalam hubungan ini penulis mengambil pendapat yang mempersamakan antara Manajemen dan Administrasi terlepas dari kontroversi tentangnya, sehingga dalam tulisan ini kedua istilah itu dapat dipertukarkan dengan makna yang sama.
Tabel 2.2.
Pendapat Pakar tentang Administrasi/manajemen Pendidikan
No
Pengertian Administrasi/manajemen Pendidikan
Pendapat
1.
Administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien…
Djam’an Satori, (1980: 4)
2.
Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya
Made Pidarta, (1988:4)
3.
Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, peng-organisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan
Biro Perencanaan Depdikbud, (1993:4)
4.
educational administration is a social process that take place within the context of social system
Castetter. (1996:198)
5.
Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagi proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan…
Soebagio Atmodiwirio. (2000:23)
6.
Manajemen pendidikan ialah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama
Engkoswara (2001:2)
dengan memperhatikan pengertian di atas nampak bahwa manajemen/administrasi pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu bentuk penerapan manajemen atau administrasi dalam mengelola, mengatur dan mengalokasikan sumber daya yang terdapat dalam dunia pendidikan, fungsi administrasi pendidikan merupakan alat untuk mengintegrasikan peranan seluruh sumberdaya guna tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu konteks sosial tertentu, ini berarti bahwa bidang-bidang yang dikelola mempunyai kekhususan yang berbeda dari manajemen dalam bidang lain.
Menurut Engkoswara (2001:2) wilayah kerja manajemen pendidikan dapat digambarkan secara skematik sebagai berikut :
Perorangan

Garapan
Fungsi
SDM
SB
SFD
Perencanaan
TPP
Pelaksanaan
Pengawasan
Kelembagaan
Gambar 2.1.
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
gambar di atas menunjukan suatu kombinasi antara fungsi manajemen dengan bidang garapan yakni sumber Daya manusia (SDM), Sumber Belajar (SB), dan
Sumber Fasilitas dan Dana (SFD), sehingga tergambar apa yang sedang dikerjakan dalam konteks manajemen pendidikan dalam upaya untuk mencapai Tujuan Pendidikan secara Produktif (TPP) baik untuk perorangan maupun kelembagaan
Lembaga pendidikan seperti organisasi sekolah merupakan kerangka kelembagaan dimana administrasi pendidikan dapat berperan dalam mengelola organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari tingkatan-tingkatan suatu organisasi dalam hal ini sekolah, administrasi pendidikan dapat dilihat dalam tiga tingkatan yaitu tingkatan institusi (Institutional level), tingkatan manajerial (managerial level), dan tingkatan teknis (technical level) (Murphy dan Louis, 1999). Tingkatan institusi berkaitan dengan hubungan antara lembaga pendidikan (sekolah) dengan lingkungan eksternal, tingkatan manajerial berkaitan dengan kepemimpinan, dan organisasi lembaga (sekolah), dan tingkatan teknis berkaitan dengan proses pembelajaran. Dengan demikian manajemen pendidikan dalam konteks kelembagaan pendidikan mempunyai cakupan yang luas, disamping itu bidang-bidang yang harus ditanganinya juga cukup banyak dan kompleks dari mulai sumberdaya fisik, keuangan, dan manusia yang terlibat dalam kegiatan proses pendidikan di sekolah
Menurut Consortium on Renewing Education (Murphy dan Louis, ed. 1999:515) Sekolah (lembaga pendidikan) mempunyai lima bentuk modal yang perlu dikelola untuk keberhasilan pendidikan yaitu :
1. Integrative capital
2. Human capital
3. Financial capital
4. Social capital
5. Political capital
modal integratif adalah modal yang berkaitan dengan pengintegrasian empat modal lainnya untuk dapat dimanfaatkan bagi pencapaian program/tujuan pendidikan, modal manusia adalah sumberdaya manusia yang kemampuan untuk menggunakan pengetahuan bagi kepentingan proses pendidikan/pembelajaran, modal keuangan adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan dan memperbaiki proses pendidikan, modal sosial adalah ikatan kepercayaan dan kebiasaan yang menggambarkan sekolah sebagai komunitas, dan modal politik adalah dasar otoritas legal yang dimiliki untuk melakukan proses pendidikan/pembelajaran.
Dengan pemahaman sebagaimana dikemukakan di atas, nampak bahwa salah satu fungsi penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini mencakup dari mulai aspek persiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu proses tersebut, dalam hubungan ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan/proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatan tersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakan kegiatan utama dari suatu sekolah (Hoy dan Miskel 2001). Dengan demikian nampak bahwa Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor penting dalam manajemen pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah guru, karena keterlibatannya yang langsung pada kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidik dalam suatu lembaga pendidikan akan menentukan bagaimana kontribusinya bagi pencapaian tujuan, dan kinerja guru merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian dari fihak manajemen pendidikan di sekolah agar dapat terus berkembang dan meningkat kompetensinya dan dengan peningkatan tersebut kinerja merekapun akan meningkat, sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan sejalan dengan tuntutan perkembangan global dewasa ini

Komentar

  • Tami  On September 17, 2008 at 5:14 am
    ternyata,,, ada juga perbedaan antara manajemen dan administrasi.
  • Qinimain Zain  On September 28, 2008 at 5:32 am
    (Dikutip dari: Harian RADAR Banjarmasin, Jum’at, 4 Januari 2008, dengan judul asli: Strategi Evaluasi Milenium III – Matinya Ilmu Administrasi & Manajemen).
    Matinya Ilmu Administrasi dan Manajemen
    (Satu Sebab Krisis Indonesia)
    Oleh Qinimain Zain
    FEELING IS BELIEVING. C(OMPETENCY) = I(nstrument) . s(cience). m(otivation of Maslow-Zain) (Hukum XV Total Qinimain Zain).
    INDONESIA, sejak ambruk krisis Mei 1998 kehidupan ekonomi masyarakat terasa tetap buruk saja. Lalu, mengapa demikian sulit memahami dan mengatasi krisis ini?
    Sebab suatu masalah selalu kompleks, namun selalu ada beberapa akar masalah utamanya. Dan, saya merumuskan (2000) bahwa kemampuan usaha seseorang dan organisasi (juga perusahaan, departemen, dan sebuah negara) memahami dan mengatasi krisis apa pun adalah paduan kualitas nilai relatif dari motivasi, alat (teknologi) dan (sistem) ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Di sini, hanya menyoroti salah satunya, yaitu ilmu pengetahuan, sistem ilmu pengetahuan. Pokok bahasan itu demikian penting, yang dapat diketahui dalam pembicaraan apa pun, selalu dikatakan dan ditekankan dalam berbagai forum atau kesempatan membahas apa pun bahwa untuk mengelola apa pun agar baik dan obyektif harus berdasar pada sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan. Baik untuk usaha khusus bidang pertanian, manufaktur, teknik, keuangan, pemasaran, pelayanan, komputerisasi, penelitian, sumber daya manusia dan kreativitas, atau lebih luas bidang hukum, ekonomi, politik, budaya, pertahanan, keamanan dan pendidikan. Kemudian, apa definisi sesungguhnya sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan itu? Menjawabnya mau tidak mau menelusur arti ilmu pengetahuan itu sendiri.
    Ilmu pengetahuan atau science berasal dari kata Latin scientia berarti pengetahuan, berasal dari kata kerja scire artinya mempelajari atau mengetahui (to learn, to know). Sampai abad XVII, kata science diartikan sebagai apa saja yang harus dipelajari oleh seseorang misalnya menjahit atau menunggang kuda. Kemudian, setelah abad XVII, pengertian diperhalus mengacu pada segenap pengetahuan yang teratur (systematic knowledge). Kemudian dari pengertian science sebagai segenap pengetahuan yang teratur lahir cakupan sebagai ilmu eksakta atau alami (natural science) (The Liang Gie, 2001), sedang (ilmu) pengetahuan sosial paradigma lama krisis karena belum memenuhi syarat ilmiah sebuah ilmu pengetahuan. Dan, bukti nyata masalah, ini kutipan beberapa buku pegangan belajar dan mengajar universitas besar (yang malah dicetak berulang-ulang):
    Contoh, “umumnya dan terutama dalam ilmu-ilmu eksakta dianggap bahwa ilmu pengetahuan disusun dan diatur sekitar hukum-hukum umum yang telah dibuktikan kebenarannya secara empiris (berdasarkan pengalaman). Menemukan hukum-hukum ilmiah inilah yang merupakan tujuan dari penelitian ilmiah. Kalau definisi yang tersebut di atas dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya tidak atau belum memenuhi syarat, oleh karena sampai sekarang belum menemukan hukum-hukum ilmiah itu” (Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 1982:4, PT Gramedia, cetakan VII, Jakarta). Juga, “diskusi secara tertulis dalam bidang manajemen, baru dimulai tahun 1900. Sebelumnya, hampir dapat dikatakan belum ada kupasan-kupasan secara tertulis dibidang manajemen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai bidang ilmu pengetahuan, merupakan suatu ilmu pengetahuan yang masih muda. Keadaan demikian ini menyebabkan masih ada orang yang segan mengakuinya sebagai ilmu pengetahuan” (M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, 2005:19, Gajah Mada University Press, cetakan kedelapan belas, Yogyakarta).
    Kemudian, “ilmu pengetahuan memiliki beberapa tahap perkembangannya yaitu tahap klasifikasi, lalu tahap komparasi dan kemudian tahap kuantifikasi. Tahap Kuantifikasi, yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut dalam tahap memperhitungkan kematangannya. Dalam tahap ini sudah dapat diukur keberadaannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Hanya saja ilmu-ilmu sosial umumnya terbelakang relatif dan sulit diukur dibanding dengan ilmu-ilmu eksakta, karena sampai saat ini baru sosiologi yang mengukuhkan keberadaannya ada tahap ini” (Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, 2005:18-19, PT Refika Aditama, cetakan ketiga, Bandung).
    Lebih jauh, Sondang P. Siagian dalam Filsafat Administrasi (1990:23-25, cetakan ke-21, Jakarta), sangat jelas menggambarkan fenomena ini dalam tahap perkembangan (pertama sampai empat) ilmu administrasi dan manajemen, yang disempurnakan dengan (r)evolusi paradigma TOTAL QINIMAIN ZAIN (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority, TQZ Administration and Management Scientific System of Science (2000): Pertama, TQO Tahap Survival (1886-1930). Lahirnya ilmu administrasi dan manajemen karena tahun itu lahir gerakan manajemen ilmiah. Para ahli menspesialisasikan diri bidang ini berjuang diakui sebagai cabang ilmu pengetahuan. Kedua, TQC Tahap Consolidation (1930-1945). Tahap ini dilakukan penyempurnaan prinsip sehingga kebenarannya tidak terbantah. Gelar sarjana bidang ini diberikan lembaga pendidikan tinggi. Ketiga, TQS Tahap Human Relation (1945-1959). Tahap ini dirumuskan prinsip yang teruji kebenarannya, perhatian beralih pada faktor manusia serta hubungan formal dan informal di tingkat organisasi. Keempat, TQI Tahap Behavioral (1959-2000). Tahap ini peran tingkah-laku manusia mencapai tujuan menentukan dan penelitian dipusatkan dalam hal kerja. Kemudian, Sondang P. Siagian menduga, tahap ini berakhir dan ilmu administrasi dan manajemen akan memasuki tahap matematika, didasarkan gejala penemuan alat modern komputer dalam pengolahan data. (Yang ternyata benar dan saya penuhi, meski penekanan pada sistem ilmiah ilmu pengetahuan, bukan komputer). Kelima, TQT Tahap Scientific System (2000-Sekarang). Tahap setelah tercapai ilmu sosial (tercakup pula administrasi dan manajemen) secara sistem ilmiah dengan ditetapkan kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukumnya, (sehingga ilmu pengetahuan sosial sejajar dengan ilmu pengetahuan eksakta). (Contoh, dalam ilmu pengetahuan sosial paradigma baru milenium III, saya tetapkan satuan besaran pokok Z(ain) atau Sempurna, Q(uality) atau Kualitas dan D(ay) atau Hari Kerja – sistem ZQD, padanan m(eter), k(ilogram) dan s(econd/detik) ilmu pengetahuan eksakta – sistem mks. Paradigma (ilmu) pengetahuan sosial lama hanya ada skala Rensis A Likert, itu pun tanpa satuan). (Definisi klasik ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur. Paradigma baru, TQZ ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur membentuk kaitan terpadu dari kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu).
    Bandingkan, fenomena serupa juga terjadi saat (ilmu) pengetahuan eksakta krisis paradigma. Lihat keluhan Nicolas Copernicus dalam The Copernican Revolution (1957:138), Albert Einstein dalam Albert Einstein: Philosopher-Scientist (1949:45), atau Wolfgang Pauli dalam A Memorial Volume to Wolfgang Pauli (1960:22, 25-26).
    Inilah salah satu akar masalah krisis Indonesia (juga seluruh manusia untuk memahami kehidupan dan semesta). Paradigma lama (ilmu) pengetahuan sosial mengalami krisis (matinya ilmu administrasi dan manajemen). Artiya, adalah tidak mungkin seseorang dan organisasi (termasuk perusahaan, departemen, dan sebuah negara) pun mampu memahami, mengatasi, dan menjelaskan sebuah fenomena krisis usaha apa pun tanpa kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum, mendukung sistem-(ilmu pengetahuan)nya.
    PEKERJAAN dengan tangan telanjang maupun dengan nalar, jika dibiarkan tanpa alat bantu, membuat manusia tidak bisa berbuat banyak (Francis Bacon).
    BAGAIMANA strategi Anda?
MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN
A. KONSEP FASILITAS dan SARANA PENDIDIKAN
1. Konsep Fasilitas
Menurut Mauling (2006) fasilitas adalah prasarana atau wahana untuk
melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu
alat. Fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum
yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi tertantu.
(http://www.geocities.com)
Menurut Wahyuningrum (2004: 4), menyatakan bahwa fasilitas “segala
sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu
kegiatan.
Wahyuningrum (2004: 5), juga membedakan fasilitas menjadi 2 bagian
yaitu:
1. Fasilitas fisik adalah segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat
dibedakan, yang mempunyai peran dapat memudahkan dan melancarkan
suatu usaha.
2. Fasilitas uang adalah segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan suatu
kegiatan sebagai akibat dari “nilai uang”.
Kemudian sarana dilihat dari fungsinya atau perananya dapat dibedakan
menjadi: alat pelajaran, alat peraga dan media pembelajaran. Prasarana pendidikan
dapat diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana yang secara
langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang
perpustakaan, ruang praktek ketrampilan, dan ruang laboratorium. Kedua,
pasarana yang keberandaanya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar,
tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar.
Contoh dari prasarana yang kedua ini adalah ruang kantor, ruang kepala sekolah,
ruang guru, kamar kecil, dan kantin sekolah.
2. Konsep Sarana dan Prasarana Pendidikan
Menurut Ibrahim Bafadal (2003: 2), sarana pendidikan adalah “semua
perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah”. Wahyuningrum (2004: 5), berpendapat bahwa
sarana pendidikan adalah “segala fasilitas yang diperlukan dalam proses
pembelajaran, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak
agar tujuan pendidikan tercapai”.
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa sarana pendidikan
adalah segala fasilitas bisa berupa peralatan, bahan dan perabot yang langsung
dipergunakan dalam proses belajar di sekolah. Dalam konteks pendidikan, sarana
dan prasarana adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak, yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat berpengarauh terhadap tujuan pendidikan.
Ibrahim Bafadal (2004: 12), mengemukakan bahwa Prasarana pendidikan
dapat diartikan sebagai perangkat yang menunjang keberlangsungan sebuah
2
proses pendidikan, sedangkan definisi dari prasarana adalah “semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses
pendidikan sekolah”. Menurut Riduone (2009), prasarana pendidikan dapat
diartikan sebagai perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan
agar tujuan pendidikan tercapai. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa prasarana pendidikan adalah perangkat yang menunjang keberlangsunan
proses pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.
B. PENGELOLAAN FASILITAS PENDIDIKAN
Pengelolaan sering diartikan sama dengan manajemen. Pengelolaan berasal
dari kata kelola yang dalam bahasa inggris dikatakan manage yaitu mengelola
atau mengatur. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam Warsono (2005:
11), menyebutkan bahwa dalam bahasa inggris pengelolaan bisa disamakan
dengan managemen yang berarti pula pengaturan dan pengawasan.
Apabila pengelolaan memiliki arti yang sepadan dengan manajemen maka
menurut Griffin dalam Warsono (2005: 11) menyebutkan pengertian managemen
sebagai berikut:
Management is a set of activities, including planning and decision making,
organizing, leading and controlling ,directed at an organization’s human,
financial, physical and information resources with the aim of achieving
organizational goals in an efficient and effective manner.
Artinya manajemen adalah seperangkat aktivitas yang meliputi perencanaan
dan pembuat keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan, yang
diarahkan pada organisasi manusia, keuangan, fisik dan sumber-sumber informasi
organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi secara efektif
dan efisien. Kemudian Terry dalam Hermawan Nuryanto (2008: 13) menyebutkan
bahwa “management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling, performed to determine and accomplish state objective
by the use of human beings and other resources.” Manajemen adalah suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainya.
Mary Parker Follet dalam wikipedia.org (2009), mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan menurut
Ricky W. Griffin dalam wikipedia.org (2009), manajemen adalah sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen)
Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni yang
didalamnya terdapan kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan pengontrolan
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
1. Manajemen Sarana Prasarana
Riduone (2009), mengemukakan bahwa manajemen sarana dan prasarana
pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua
sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. (www.riduone.co.nr)
3
Menurut Juhairiyah (2008: 3), manajemen sarana dan prasarana itu adalah semua
komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalanya
proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana prasarana
adalah proses pendayagunaan semua komponen sarana dan prasarana yang ada di
sekolah dalam menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan dari
pendidikan itu sendiri.
a. Pengadaan
Hartati Sukirman (2002: 29), menyebutkan bahwa di dalam langkah
pengadaan ini mencakup pula langkah perencanaan sarana prasarana. Proses
perencanaan pengadaan perlengkapan tidak mudah, karena harus dilakukan secara
sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi
sekolah tersebut. Perencanaan yang baik tentunya berdasarkan analisis kebutuhan
dan skala prioritas yang disesuaikan dengan dana dan tingkat kepentingannya. Ary
H. Gunawan (1982: 8), mengemukakan bahwa penyesuaian perencanaan dengan
analisis kebutuhan itu meliputi empat tahapan, antara lain: (1) identifikasi tujuan
umum yang mungkin dapat dicapai, (2) menyusun tujuan berdasarkan
kepentingannya, (3) identifikasi perbedaaan antara yang diinginkan dan apa yang
sesungguhya dan (4) menentukan skala prioritas.
Pengadaan sarana pendidikan sebaiknya sesuai kriteria pemilihan.
Suhasimi Arikunto (1979: 44) memberikan empat kriteria dalam pemilihan
sarana, yaitu: 1) alat itu harus berguna atau akan digunakan dalam waktu dekat
(mendesak), mudah digunakan, 3) bentuknya bagus atau menarik dan 4) aman
atau tidak menimbulkan bahaya jika digunakan.
Pengadaan adalah menghadirkan alat atau media dalam menunjang
pelaksanaan proses pembelajaran. Pengadaan sarana pendidikan tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Suharsimi Arikunto (1979: 40) menyebutkan
bahwa secara garis besar alat atau media itu diperoleh dengan dua cara, yaitu
dengan dibuat oleh pabrik dan alat atau media yang dibuat sendiri. Ary H G
(1982: 23) menyebutkan tentang pengadaan sarana pendidikan dengan empat cara,
yaitu: 1) pembelian tanpa lelang atau dengan lelang, 2) membuat sendiri, 3)
menerima bantuan atau hibah, dan 4) dengan cara menukar. Dalam kaitan
pengadaan perlengkapan sekolah ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh
pengelola untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan antara lain dengan
cara membeli, mendapatkan hadiah atau sumbangan, tukar-menukar dan
meminjam.
Salah satu contah dalam pengadaan alat/bahan laboratorium ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh pengelola sebelum pembelian dilakukan. Hal-hal
tersebut antara lain:
- Percobaan apa yang akan dilakukan; Alat-alat atau bahan yang mana yang
akan dibeli; Pengetahuan untuk menggunaan alat yang akan dibeli; Adanya
dana; Jenis, ukuran alat yang akan dibeli; Prosedur pembelian; Pelaksanaan
pembelian.
- Setelah semua yang dibutuhkan ditulis. Kemudian hasil dari pencatatan
tersebut diberikan kepada kepala sekolah untuk proses pembelian atau
4
diserahkan kepada guru yang telah diberi wewenang atas nama kepala
sekolah. Bisanya pembelian itu dilakukan pada permulaan tahun ajaran baru.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengadaan
sarana prasarana terdapat perancanaan didalamnya dan berkait satu sama lain.
Dalam melakukan perencanaan dan pengadaan harus sesuai dengan prosedur
dengan melihat kekayaan yang telah ada, sehingga sekolah dapat menentukan
sarana prasarana apa saja yang dibutuhkan sekolah saat itu. Langkah-langkah
dalam perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan antara:
analisis kebutuhan, inventarisasi, mengadakan seleksi, pengadakan perhitungan
tafsiran biaya, perencanaan pengadaan (beli, hibah/ menukar), penunjukan staf
yang diserahi tugas untuk pengadaan.
b. Pendistribusian
Menurut Bafadal (2003: 38), pendistribusian atau penyaluran
perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggung jawab dari
seorang penanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang
membutuhkan barang itu. Dalam prosesnya ada tiga hal yang harus diperhatikan
yaitu: ketepatan barang yang disampaikan, (baik jumlah maupun jenisnya)
ketepatan sasaran penyampainnya dan ketepatan kondisi barang yang disalurkan.
Menurut Ibrahim Bafadal (2003: 39), ada dua sistem pendistribusian
barang yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah yaitu, sistem
langsung dan sistem tidak langsung. Sistem pendistribusian langsung berarti
barang-barang yang sudah diterima dan di inventarisasikan langsung disalurkan
pada bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpan terlebih
dahulu. Kemudian sistem pendistribusian tidak langsung berarti barang-barang
yang sudah diterima dan sudah diinventarisasikan tidak secara langsung
disalurkan, melainkan harus di simpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan
dengan teratur.
Dari uraian di atas dapat diambil garis besar bahwa dalam pendistibusian
ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu ketepatan barang yang disampaikan,
ketepatan sasaran penyimpanan dan ketepatan kondisi barang yang disalurkan.
Selain itu pendistribusian juga memiliki dua sistem yang dapat ditempuh oleh
seorang pengelola, adapun sistem tersebut adalah sistem langsung dan sistem
tidak langsung.
c. Penggunaan dan Pemanfaatan
Menurut Ibrahim Bafadal (2004: 42), ada dua prinsip yang harus
diperhatikan dalam menggunakan perlengkapan sekolah yaitu prinsip efektifitas
dan efisiensi. Efektif berarti pemakaian laboratorium ditunjukkan semata-mata
untuk memperlancar proses pembelajaran. Kemudian efisien berarti pemakaian
alat/bahan laboratorium harus dilakukan secara hemat sesuai dengan kegunaan
dan hati-hati.
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan
pendidikan yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektifitas berarti
semua pemakaian perlengkapan pendidikan disekolah harus ditunjukkan sematamata
dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan prinsip efisiensi berarti
5
pemakaian semua perlengkapan pendidikan disekolah secara hemat dan dengan
hati-hati.
Menurut Suharsimi Arikunto (1979: 46), tempat penyimpanan alat
dibedakan menjadi: 1) ruangan, 2) almari tertutup dan almari terbuka, 3) sekatsekat
atau rak-rak. Penyimpanan akan lebih mudah dilakukan apabila rak atau
almari diberi daftar nama alat atau media yang ada didalamnya. Alat atau media
pembelajaran akan lebih baik lagi jika diberi kode untuk mempermudah
pengecekan kembali setelah alat atau media tersebut digunakan.
Adapun cara memperlakukan alat-alat laboratorium yang baik menurut eduksi.
net (2008) adalah:
a. Membawa alat sesuai petunjuk pengguna.
b. Menggunakan alat sesuai petunjuk pengguna.
c. Menjaga kebersihan alat.
d. Menyimpan alat.
Selain memperlakukan alat dengan baik menurut e-duksi.net (2008) masih
ada beberapa prinsip yang perlu diberhatikan oleh pengelola laboratorium IPA
yaitu:
a. Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, alat yang mudah
dibawa dan mahal harganya seperti stopwatch perlu disimpan pada lemeri
terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan
bahan sehingga fungsinya berkurang.
b. Mudah dicari
Maksudnya untuk memudahkan mencari letak masing-masing alat, adanya
inventaris akan membantu proses pencariaan alat, karena terdapat label pada
setiap tempat penyimpanan alat.
c. Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti
lemari, rak dan laci yang ukuranya disesuaikan dengan luas ruangan yang
tersedia.
d. Pemeliharaan
Berkaitan dengan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan, idealnya
semua sarana dan prasarana pendidikan disekolah selalu dalam kondisi siap pakai
jika setiap saat akan digunakan. Wahyuningrum (2000: 31) menjelasakan
pemeliharaan perlengkapan adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang terus
menerus untuk mengusahakan agar setiap jenis barang tetap berada dalam
keadaan baik dan siap pakai.
Menurut Depdikbud (1988: 29), pemeliharaan alat laboratorium sebaiknya
dibedakan sesuai dengan jenis alatnya, seperti alat-alat dari gelas dikumpulkan
menjadi satu ditempat yang sama, sama halnya dengan alat yang terbuat dari
kayu, besi, porselen dan sebagainya. Pastikan alat-alat tersebut berada dalam
keadaan aman. Pemeliharaan pada zat kimia juga harus diperhatikan seperti
pemisahan bahan-bahan yang sering dipakai, bahan yang berbahaya untuk siswa
dan bahan yang jarang dipakai.
Menurut Ibrahim Bafadal (2004: 49) ada beberapa macam pemeliharaan
perlengkapan disekolah, yaitu: pemeliharaan yang bersifat pengecekan,
6
pemeliharaan yang bersifat pencegahan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan
ringan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan berat. Ditinjau dari perbaikan ada
dua macam pemeliharaan perlengkapan sekolah yaitu pemeliharaan sehari-hari
dan pemeliharaan berkala.
Dari uraian di atas dapat diambil garis besar bahwa sarana prasarana
pendidikan dalam pemelihraannya dapat dilakukan sebagai berikut: 1) melakukan
pencegahan kerusakan, 2) menyimpan, disimpan diruang/rak agar terhindar dari
kerusakan, 3) membersihkan dari kotoran/debu atau uap air, 4) memeriksa atau
mengecek kondisi sarana dan prasarana secara rutin, 5) mengganti komponenkomponen
yang rusak, 6) melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan pada sarana
atau prasarana pendidikan.
e. Inventarisasi
Inventarisasi adalah penyatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara
secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman
yang berlaku. Menurut keputusan menteri keuangan R.I No. Kep. 225/MK/
V/4/1971 dalam Ibrahim Bafadal (2004: 55).
Barang milik Negara adalah berupa semua barang yang berasal atau dibeli
dengan dana yang bersumber, baik secara keseluruhan atau sebagiannya, dari
APBN atau dana lainnya atau yang barang-barangnya dibawah penguasaan
pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah otonom, baik yang berada
didalam maupaun yang berada diluar negeri. Melalui inventarisasi perlengkapan
pendidikan diharapkan tercipta ketertiban, penghematan keuangan, mempermudah
pemeliharaan dan pengawasan.
Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan yaitu:
1) Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode
barang perlengkapan
2) Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Menurut Koesmadji Wirjosoemarto dkk (2004: 50), hal-hal umum yang
diperlukan pada inventarisasi mencakup:
1) Kode alat/bahan
2) Nama alat/bahan
3) Spesifikasi alat/bahan (merek,tipe dan pabrik pembuat alat)
4) Sumber pemberi alat dan tahun pengadaanya
5) Tahun penggunaan
6) Jumlah atau kuantitas
7) Kondisi alat, baik atau rusak.
Menurut Langgeng Hadi (2008), daftar alat inventarisasi yang harus
digunakan atau diisi adalah sebagai berikut:
1) Buku induk barang inventaris
2) Buku catatan inventaris
3) Buku golongan inventaris
4) Laporan triwulan mutasi barang
5) Daftar isian barang
6) Daftar rekspitulasi batang inventaris.
(http://www.psb-psma.org/content/blog/pengelolaan-laboratorium-bagian-
4-administrasi-fasilitas-di-laboratorium)
7
Barang-barang perlengkapan disekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu barang inventaris dan barang bukan inventaris. Barang inventaris
adalah keseluruhan perlengkapan sekolah yang dapat digunakan secara terus
menerus dalam waktu yang relatif lama seperti, meja, bangku, papan tulis, buku
perpustakaan sekolah dan perabot-perabot lainnya. Sedangkan barang-barang
yang bukan inventaris adalah semua barang habis pakai, seperti kapur tulis, kertas,
dan barang-barang yang statusnya tidak jelas. Baik barang inventaris maupun
barang bukan inventaris yang diterima sekolah harus dicatat didalam buku
penerimaan. Setelah itu, khusus barang-barang inventaris dicatat didalam buku
induk inventaris dan buku golongan inventaris.sedangkan barang-barang bukan
inventaris dicatat dalam buku induk bukan inventaris dan kartu stok barang.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa inventarisasi merupakan
kegiatan pencatatan dan penyusunan daftar milik negara secara sistematis
berdasarkan ketentuan pedoman yang berlaku. Inventarisasi dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu inventaris barang dan inventaris bukan barang. Inventaris
barang maupun bukan barang yang diterima harus dicatat dalam buku penerimaan.
f. Penghapusan
Menurut Wahyuningrum (2000: 42-43), yang dimaksud dengan
penghapusan ialah proses kegiatan yang bertujuan untuk menghapus barangbarang
milik Negara/ kekeyaan Negara dari daftar inventarisasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sarana dan prasarana yang sudah
tidak sesuai lagi bagi pelaksanaan pembelajaran diganti atau disingkirkan.
Tujuan penghapusan menurut Wahyuningrum (2000: 43), adalah:
1) Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian atau pemborosan
biaya untuk pemeliharaan/perbaikan, pengamaan barang-barang yang
semakin buruk kondisinya, barang-barang berlebih, dan atau barang-barang
lainnya tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Meringankan beben kerja dan tanggung jawab pelaksana inventaris.
3) Membebaskan ruang/pekarangan kantor dari barang-barang yang tidak
dipergunakan lagi.
4) Membebaskan barang dari pertanggungjawaban administrasi satuan
organisasi yang mengurus.
Ibrahim Bafadal (2004: 63), langkah-langkah penghapusan perlengkapan
pendidikan disekolah:
1) Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokan
perlengkapan yang akan dihapus dan meletakan ditempat yang aman
namun tetap berada dilokasi sekolah.
2) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus dengan cara mencatat
jenis, jumlah, dan tahun pembuatan perlengkapan tersebut.
3) Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan barang dan pembentukan
panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang yang rusak (yang
akan dihapusnya) ke kantor dinas pendidikan kota atau kabupaten.
4) Setelah SK penghapusan dari kantor dinas pendidikan kota/kabupaten
terbit, selanjutnya panitia pengahpusan segera bertugas yaitu memeriksa
kembali barang yang rusak berat, biasanya dengan membuat berita acara
pemeriksaan.
8
5) Panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar dalam
berita acara pemeriksaan, biasanya perlu ada pengantar dari kepala sekolah
kemudian usualan itu diteruskan ke kantor pusat Jakarta.
6) Begitu surat penghapusan dari Jakarta datang, bisa segera dilakukan
penghapusan terhadap barang-barang tersebut. Ada dua kemungkinan
penghapusan perlengkapan sekolah yaitu dimusnahkan dan dilelang.
Apabila melalui lelang yang berhak melelang adalah kantor lelang
setempat dan hasil lelang menjadi milik Negara.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penghapusan merupakan
kegiatan menghapus barang-barang milik negara dari daftar inventaris berdasrkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan penghapusan dilakukan
melalui langkah dan tujuan yang telah ditetapkan
9
DAFTAR PUSTAKA
Ary H. Gunawan. (1982). Dasar-Dasar Sarana Pendidikan. Yogyakata: Al
Hikmah.
Depdikbud. (1988). Pengelolaan Laboratorium Sekolah dan Manual Alat Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Follet Parker Mary, Griffin W. Ricky and Fayol Henry. (2009). Manajemen.
(online) http://id.wikipedia..org/wiki/manajemen, diakses 18 April 2009
Pukul 3:24 Pm.
Hartati Sukirman, dkk. (1999). Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Yogyakarta: FIP UNY.
Ibrahim Bafadal. (2003). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan
Aplikasinya. Jakarta : Bumi Aksara.
--------------. (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.
cet 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Riduone. (2009). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam. (online)
http://riduone_co_nr_htm, diakses 5 Februari Pukul 5:00 Pm.
Suharsimi Arikunto. (1979). Pengelolaan Materiil. Yogyakarta: AP FIP UNY.
Wahyuningrum. (2000). Buku Ajar Manajemen Fasilitas Pendidikan. Yogyakarta
: FIP UNY.
Warsono. (2005). Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Negeri 1 Sewon. Tesis
Magister, tidak diterbitkan. Yogyakarta: PPs UNY