Senin, 05 November 2012

IZINKAN AKU BERSANDAR

Desah nafas antara kaya dan miskin...
kaya ketika hati ini bertutur lembut terhadap terjalnya hidup...
miskin kala hati ini keras membaja dengan seonggok individualisme arogan...

tarikan nafas untuk dicerca dan dimaki...
biarkan aku ada dalam kelesuan hardik mereka...
aku adalah sebatang kara yang tak bermakna...

maka...izinkan aku memberi makna walau kau tertawa...
ajalku kan kujemput dengan sisa yang ada...
jikalah tak diterima izinkan juga aku layak dihina...

bersandar bukan berarti penyerahan...
inilah batas akhir ku ingin berkata dan berprilaku lugu yang dihadapanmu tak lucu...
tidak...aku tak mau lucu...lebih baik aku dikata dungu...

izinkan aku ada untuk menjadi sampah dalam pandanganmu...
aku tak bisa dan tak berguna versimu...
aku miliki rasa dibalik rasa untukmu...

wahai insan yang memiliki suara... berteriaklah untuk kebebasanmu...
berteriak bukan dengan suara kencang mulutmu...
namun...berteriak dengan seabreg potensimu...keluarkan...berikan...jangan pernah ragu...

rugi terasa kala waktu membisu diri terpasung hati terkoyak...
ada apa dengan gerangan...dimana beliau.. enyahkan itu semua...
minimal kau bisa membuat mereka tersenyum... ayo..tersenyumlah semuanya...

katakan aku gila ... cukup dengan kata itu aku memberimu kepuasan...
aku tak gila sahabat...namun aku layak dikatakan gila...ayo katakanlah...
semuanya untuk ketentraman...saya...anda...kita semua...cukup.

PENDAKI BER SAL SORBAN

Gedung itu kini berlantai tiga...
kala mentari mulai menampakan diri...
pendaki sudah nampak menyambut dibalik gedung itu...

pendaki datang tanpa pernah didului mentari...
ia datang sebelum ayam kampung keluar dari kandang...
ia datang kala embun berbentuk butiran permata...

naif dan gelisah rasa ingin meronta di negeri tercinta...
andai instansi berlogo rakyat atau pemerintah mau seperti itu...
melayani...datang...diwaktu pengguna belum datang...

keberkahan lain akan tampak dinegeri ini...
disiplin...kekuatan tim...
terutama menyambut panggilan Allah yang ada dan hanya bisa terungkap di waktu pagi...

tugas tak mesti di dalam... namun tugas adalah rangkaian jam kerja...
sang pendaki tak pernah menemui rumah walau melewati pintu rumahnya manakala pendaki sedang bertugas
ia bergegas memasuki pintu kantornya setelah bertugas..karena jam masih untuk bertugas...

naif dan gelisah rasa ingin meronta di negeri tercinta ini...
andai semua insan yang bertugas bisa menjadi pendaki..
alangkah indah dan bermaknanya sebuah tugas hidup...

makna yang terpatri kala godaan diluar kantor berbisik...
ayo pulang... ayo ketempat lain...ayo perlama tugas luar...
tak sedikitpun sambutan hati merestuinya...

makna tak mesti dengan harta...
tanpa uang transforpun tugas luar tetap terkendali...
enyahkan dibenak virus perhitungan...menculah virus kebaikan untuk bertugas...