Selasa, 04 Desember 2012

kilau bayangmu

kepolosan jiwa dibalut raga yang belum matang...
kala kaki menginjak bumi berbedak debu...
angin sepoy malam membawa keruleng hinggapan diantara dua bunga...

minat tak ada hanya shohib tuk bisa kesana..
bayangan yang jelas nampak menyinari hati...
niat tak kunjung ada kini meronta untuk kembali...

cakup cakup induk bunga yang memendam misteri...
raga jiwa yang terpatri karena gen dan ego...
kadang keras membaja bagai sebuah tenaga liar tak kunjung reda...

kesamaan adalah kenestapaan manakala semuanya bersatu...
melainkan leleh pada diri seperti lilin dinyala lampu dimati...
tak ada kata perbuatanpun bermakna..kata untuk yang terpenting guna keterpaduan...

bayang itu kini mulai redup karena isu yang melambung...
terlampoi batang ujung dunia pendakian ujung langit...
samudera tertembus mata kala fakta berbicara...

tak anyal semuanya terjadi seperti ini...
hanya doa dan kata beralaskan gerak nan seadanya...
keberkahan hidup sudah pudar entah masih adakah...

gelegar tawa hanya ada tanpa makna sejati...
kini membara api selalu tersulut hal sepele...
mudah tergesek dan terpercik kepicikan diri...

masuk kedalam jiwa nan rendah...
kala mulut bertutur...hati menjerit...tangan bergerak...
terperosok dalam jurang diri nan naif...

adakah serambi yang bisa membawa diri...
adakah setetes air yang bisa menyirami...
adakah waktu berpihak untuk nurani...

cukup...hanya dari kata...
cukup menyesal hanya sesaat...
cukup aku rindukan ajal berkunjung menjemputku...

UNTUKMU YANG NETRAL

Kenyamanan hidup yang sementara...
kinerja bukan berarti harus bekerja...
banyak yang asyik bekerja hanya untuk belanja...

keahlian hanyalah lipstik simbol perwakilan insentif...
uji kelayakan hanyalah bongkahan paradigma kepurapuraan...
nostalgia hanya dalam pelatihan yang dibungkus kewajiban...

hasil tak terhiraukan...karena kelulusan yang dituju...
tak kantongi sejubel sertifikat keahlian bagaikan unta membawa sejuta kitab...
ujung ketemu ujung hanya menengadah kepada para pemangku rakyat...katanya...

terusik tak mau...maunya mengusik...
aku lebih hebat...kami lebih tahu...semuanya aku bisa...
menelan pelan untuk memenuhi perut nan lapar tiada henti...

wajah yang semupun kian tersimpu pada penerus...
kasian para penerus yang terguras kepura puraan..
robot...boneka...patung...atau ajudan sekalipun tak layak demikian...

kita adalah seadanya dan semaksimal untuk ada dekat mereka...
polesan farpum yang terkena dalam jiwa nan raga...
hanyalah satu yang harum mewangi...yakni pengabdian yang utuh...

jalan ini terlalu suci...namun acapkali dibuat kotor...
kapal ini terlalu kokoh namun...sering kali dibuat rapuh...
kata siapa kotor...rapuh...katanya...kata para pembuat rusuh...

malu rasa terpatri kala nurani berbisik...
mau eksis tetapi tak mau berubah...
tak mau berubah tetapi bertahan untuk membuat benteng diri dengan sederet prajurit yang dikendalikan...

malu rasa terbersik suara lantunan lagu indonesia raya yang menggema...
elok kulihat seragam melekat dari rakyat...
pemerintah...adalah fiktif dan pengekangan...kenapa tidak pelayan simbol sebuah keterbukaan...

dihujung waktu mereka kembali menengadahkan perutnya pada sederet tanggal...
lagi dan lagi mendatangi bankir yang menjadi impian hidup selamanya...
anakku...bahkan cucuku...cukup dengan sandaran ini...

kerisauan terhadap waktu lenyap...
kegundahan terhadap kedisiplinan bias...
hancur...berkedok ketahanan...ada apa dengan gerangan pemangku amanah negeri ini...