Jumat, 23 November 2012

TERUSIK

Hati gemetar mendobrak raga nan tak berdaya...
menelisik jarum diluar keberdayaan...
jalan ada ketika tersandera dalam kubah kesalahan...
kau yang disana tak menyangka semuanya bisa...

beribu telinga mendengar sekelompok orang bersikap...
celaka...dibalik senyummu...
ada apa denganmu wahai jiwa yang gelisah...
sudikah kau duduk bersama mereka...

sebelum lebih jauh berhentilah...
melangkah hanya untuk kejujuran...
kejujuran harus dipaksakan...
batasi...hindari...enyahkan ketidak jujuran itu...

jangan pernah melihat yang lain bisa...
ya mereka bisa kebaikan kenapa kita tidak...
ya mereka bisa melakukan kejahatan kenapa kita mengikutinya...
gelak tawa kesemuan bukanlah kenyamaan sebenarnya...

sudut dunia yang terlena dalam kumuhnya tanpa sentuhan...
alami terasa senyum dan tawa yang mereka tebar...
tanpa kemewahan yang berlebih...
mereka tampak begitu indah...

nada tangisan menghiasi tanpa paksaan...
kadang bentak antara mereka ikut meramaikan suasana...
mereka kembali dalam kenyataan hidup
mereka bersama dalam balutan realita..


Rabu, 21 November 2012

Rona Nestapa

serpihan seberkas cahaya menembus ruleng gubuk nan kumuh...
koko ayam terdengar dengan setumpuk kotoran menata halaman nan sempit...
lalu lalang dengan keperluan yang berbeda...

ada yang menenteng kebanggaan lewat ketidak jelasan
ada yang sedang berusa menembus kedzoliman...
ada yanag tetap dalam kebiasaan lamanya...

menjerit hati ingin meronta...
bergetar bibir ingin berucap...
suara mana yang akan menghalangi rintihan ini...

disini di negeri ini...
ada pemerintah tentu ada yang diperintah...
jikalah ada pelayan tentu ada yang dilayani...

kepintaran bukan karena gelar...
lihatlah gaya bahasanya...
kesanggupan mencermati menerapkan dan memaknai kata...itulah hitam diatas putih...tak cukup...


Selasa, 20 November 2012

ISTANA ITU

Kurebahkan jasad nan dhoif diatas kasur nan empuk...ranjang nan elok...seprey....selimut nan mewangi...
kuputar keran air nan deras dan bening...kamar kecil nan bersih...dilengkapi kipas khusus nan elit...
cermin yang menemaniku tiap kusinggah...

kulihat arah timur dimana aku menata tangga itu...
lantunan suara aliran air hujan dari kran istana itu...
suara gemercik tetesan sisa air hujan dari genteng istana itu...

istana nan megah namun mencekam...
para penghuni yang sementara berrehat tanpa bisa dijadwal pasti...
sang pemilikpun pandai menjual jasa dengan menebar sejuta pesona...

bagiku yang sedang menjalani perjalanan ini cukup terperangkap didalamnya...
hari demi hari kulalui suratan ini...
satu istana satu gubuk..

kumerindukan gubuk dan menyesali istana...
namun...tuk beberapa saat mesti kujalani demi sebuah pelajaran...
ya...pelajaran tuk semuanya...

tak tahu mereka aku dimana...
mereka tahu aku pasti pulang dan makan bersama mereka...
mereka tebak suara motor setiap yang melewati mereka...kadang terkaan mereka benar atau salah...

sikecil yang lugu dan polospun kini berbicara...
abi tetaplah dekap aku untuk tidur dipelukanmu...
kini sang kakak yang ada dibangku sekolah dasarpun bertanya...tugas kok lama...

semua untukmu wahai harapanku...wahai widadariku...wahai mujahidku...wahai bunga kecilku...
semuanya untuk kebaikan...
kita perlu pelajaran ini guna mencapai kesadaran penuh atas kebersamaan kita...

tak akan abi biarkan kalian menjadi penjilat...penakut...
kalian harus tegar...kuat...berani dalam kondisi apapun selagi itu untuk kebaikanmu...
jangan kau lihat sekitar yang berada atau berkekurangan...lihatlah fakta itu semua...


Senin, 12 November 2012

E.D.A.N. " Engkau dan Aku Nerimalah

Delapan November dua ribu dua belas ba'da dzhuhur...
melawan...tidak menghargai...tukang becak...
segini ada...gimana kalau gak ada.... ternyata gitu...

dekap sayup dalam terjangan reaksi...
memuncak dalam sekap pemberontakan...
ada apa dengan air itu...jalan itu...sikap itu...

bayang rona dalam kebisuan tatapan mata...
kala bersama bukan untuk makna...
hilang sergap dalam awalan masa silam...

tak mesti bersinar lamanya cerita kelam...
merintis jalan dalam keterjalan hidup...
semuanya telah aku pilih...

bermata mata memandang dengan suara terdengar semua telinga...
kan kubawa kemana penampakan ini...
gelegar gelagat rona romantis hampir memudar..

ekonomi kadang jadi pijakan redupnya cinta cita dan harap...
namun kala tatap berpapas dengan mata sebening embun pagi sang buah hati...
tak anyal kuurungkan semua geliat jiwa penuh kebusukan...

biarlah aku ada dalam ketidak tahu malu...
biarlah aku ada dalam hardik mereka...
biarlah aku menerima suratan yang layak kusandang...

namun...aku anak manusia...
aku ingin seperti manusia...
menjadi manusia yang termanusiakan...

Senin, 05 November 2012

IZINKAN AKU BERSANDAR

Desah nafas antara kaya dan miskin...
kaya ketika hati ini bertutur lembut terhadap terjalnya hidup...
miskin kala hati ini keras membaja dengan seonggok individualisme arogan...

tarikan nafas untuk dicerca dan dimaki...
biarkan aku ada dalam kelesuan hardik mereka...
aku adalah sebatang kara yang tak bermakna...

maka...izinkan aku memberi makna walau kau tertawa...
ajalku kan kujemput dengan sisa yang ada...
jikalah tak diterima izinkan juga aku layak dihina...

bersandar bukan berarti penyerahan...
inilah batas akhir ku ingin berkata dan berprilaku lugu yang dihadapanmu tak lucu...
tidak...aku tak mau lucu...lebih baik aku dikata dungu...

izinkan aku ada untuk menjadi sampah dalam pandanganmu...
aku tak bisa dan tak berguna versimu...
aku miliki rasa dibalik rasa untukmu...

wahai insan yang memiliki suara... berteriaklah untuk kebebasanmu...
berteriak bukan dengan suara kencang mulutmu...
namun...berteriak dengan seabreg potensimu...keluarkan...berikan...jangan pernah ragu...

rugi terasa kala waktu membisu diri terpasung hati terkoyak...
ada apa dengan gerangan...dimana beliau.. enyahkan itu semua...
minimal kau bisa membuat mereka tersenyum... ayo..tersenyumlah semuanya...

katakan aku gila ... cukup dengan kata itu aku memberimu kepuasan...
aku tak gila sahabat...namun aku layak dikatakan gila...ayo katakanlah...
semuanya untuk ketentraman...saya...anda...kita semua...cukup.

PENDAKI BER SAL SORBAN

Gedung itu kini berlantai tiga...
kala mentari mulai menampakan diri...
pendaki sudah nampak menyambut dibalik gedung itu...

pendaki datang tanpa pernah didului mentari...
ia datang sebelum ayam kampung keluar dari kandang...
ia datang kala embun berbentuk butiran permata...

naif dan gelisah rasa ingin meronta di negeri tercinta...
andai instansi berlogo rakyat atau pemerintah mau seperti itu...
melayani...datang...diwaktu pengguna belum datang...

keberkahan lain akan tampak dinegeri ini...
disiplin...kekuatan tim...
terutama menyambut panggilan Allah yang ada dan hanya bisa terungkap di waktu pagi...

tugas tak mesti di dalam... namun tugas adalah rangkaian jam kerja...
sang pendaki tak pernah menemui rumah walau melewati pintu rumahnya manakala pendaki sedang bertugas
ia bergegas memasuki pintu kantornya setelah bertugas..karena jam masih untuk bertugas...

naif dan gelisah rasa ingin meronta di negeri tercinta ini...
andai semua insan yang bertugas bisa menjadi pendaki..
alangkah indah dan bermaknanya sebuah tugas hidup...

makna yang terpatri kala godaan diluar kantor berbisik...
ayo pulang... ayo ketempat lain...ayo perlama tugas luar...
tak sedikitpun sambutan hati merestuinya...

makna tak mesti dengan harta...
tanpa uang transforpun tugas luar tetap terkendali...
enyahkan dibenak virus perhitungan...menculah virus kebaikan untuk bertugas...