Rabu, 21 Maret 2012

jejak itu

Cerita Berkarakter Luhur






$ Buah Semangka Dan Burung Merpati

$ Kucing Penyelam

$ Ahmad dan Ahmid







Oleh:  Jaka Pulungan






Daftar Isi




Pengantar Penerbit …………………………………………………………………………………………………………………………………..
Pengantar Penulis …………………………………………………………………………………………………………………………………….
Tentang Penulis ………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Buah Semangka dan Burung Merpati ………………………………………………………………………………………………………..
Kucing Penyelam ………………………………………………………………………………………………………………………………………
Ahmad dan Ahmid ……………………………………………………………………………………………………………………………………
Penutup …………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

















Pengantar Penulis

Dengan diterbitkannya buku cerita rakyat berkarakter ini diharapkan kepada segenap pembaca dan masyarakat pada umumnya bisa mengambil hikmah yang baik, didalamnya tertulis cerita-cerita yang menggambarkan kehidupan anak manusia yang komplek penuh dengan tantangan hidup yang mesti dihadapi dengan keteguhan hati, kekuatan mental dan prilaku yang luhur ( mulia ). Adapun nama, tempat dan alur cerita tidak bermaksud atau tidak tertuju pada pribadi atau kelompok manapun, ini merupakan cerita murni yang disadur dari hasil pemikiran penulis atas fakta-fakta dilapangan yang perlu diungkapkan dalam bentuk cerita merakyat.
Semoga dengan adanya buku cerita ini, kita semua bisa memunculkan ide-ide atau gagasan yang bisa dituangkan dalam cerita-cerita rakyat guna membina karakter bangsa yang lebih berjiwa besar, peluang untuk menyampaikan kritik dan saran atas isi cerita ini penulis sangat berharap agar dilayangkan ke alamat penerbit atau ke alamat penulis sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib karakter generasi bangsa kita yang lebih baik lagi.
Bandung, 7 Februari 2012
Penulis


Jaka Pulungan












Tentang Penulis



Jaka Pulungan panggilan dari nama sebenarnya yaitu Aep Saepullah, S.Pd.I Bin Abdul Halim, Lahir di Majalengka 10 Oktober 1981 Putera dari Bunda Uun U. dan Yanda Abdul Halim. saudara sekandung Kanda Teh Ilah Nurilah. mengarungi samudera pendidikan Mulai Tingkat TK Binangkit Weragati Majalengka, SDN Weragati III Majalengka, MTsN Palasah Majalengka, MAN Rajagaluh Majalengka dan UIN.SGD. Bandung. menapaki dunia rumah tangga sejak 03 Mei 2004 sampai sekarang masih memiliki Isteri Satu yakni Ummi Isnaeni Komariyah Nur Dan Lima Orang Anak. Yang ada Pertama Kaizen Nahdhlatul Ibad Lahir di Bandung 29 Januari 2005 yang kedua, ketiga dan keempat telah berpulang ke ridhlo serta rahmat Allah dan yang kelima bernama Hiroshi Abdurrozzaq Eljabbar lahir di Bandung 4 Maret 2010 dan mohon do’anya anak yang ke enam masih dalam kandungan istri ( Hamil ).
Aktif dibeberapa Ormas Keagamaan dan Sosial Seperti, NU, Muhammadiyah, Persis, PUI, Liputan-PMHP, MUI, DMI, DT, LKSM Ta’jub, Kajusi, dan aktif berpetualang di dunia pendidikan seperti di Majalengka :TPA/TKA Nurul Huda, Al Hikam, Baitul Muttaqin. Di Bandung: TPA/TKA Al Anshor, DT Darul Falah, TK Smart Kids, SDS Tulus Kartika, SMP Bunga Bangsa, SMA Bunga Bangsa, SMK Muhammadiyah 3, SDIT Luqmanul Hakim, SMP PLUS Al Fatwa, SDN Margahayu Raya, SDS Plus Al Fatwa Dll.

Aktif mengisi Khutbah Ied, Jum'at dan Ta'lim di Bandung: Masjid Darul Falah, Ash Shiyam, Riyadhlul Janah, Baitul Janah, An Najah, At Taubah, al Kahfi, al Muhajirin, al Muhajir, al Ikhwan, Baiturrohim, al Ihsan, Abu Bakar, Al Fatwa, DNBS, Lotte Mart dan Masjid lainnya baik di Bandung maupun di Luar Bandung. Aktif mengisi Privat al Qur'an , Iqro, Hadits dan kajian Islami lainnya di Rumah-rumah penduduk secara klasikal dan metode sorogan mulai dari tingkat TK, SD, SLTP, SLTA, PERTI dan Orang Tua.

Sedang dirintas Ponpes Plus Sekolah untuk anak bangsa yang siap dipersiapkan untuk menuju pribadi, keluarga, bangsa dan negara yang Islami. untuk informasi bisa menghubungi lewat 085 294924 081 / genislami.blogspot.com / aep_s79@yahoo.com / goggle-yahoo: Peta Pendidikan/Jendela Reformasi-Revolusi.fb/@ jaka pulungan.






BUAH SEMANGKA DAN BURUNG MERPATI



Terdapat sebuah kerajaan kecil diwilayah kerajaan pajajaran, terceritakan Suasana disebuah kerajaan kecil yang bernama Wanapati berbeda dengan situasi yang seperti biasanya terjadi, yang biasanya aktivitas kerajaan dan masyarakatnya tentram, adem penuh ketenangan namun, waktu itu terasa seperti tidak tenang, banyak para prajurit yang ditugaskan Raja Wanapati bernama Raden Ageng Abdul Halim II hilir mudik seperti mengemban sebuah tugas besar dari rajanya. Terceritakan seorang prajurit dari kerajaan tersebut mendatangi seorang kakek tua bernama kilin, menurut keterangan penduduk setempat kakek tua itu adalah seorang yang karismatik dan memiliki kelebihan nalurinya bisa menebak sesuatu dengan akurat.
Masyarakat setempat sempat melayangkan protes atas penangkapan kakek tersebut ke kerajaan wanapati, dan akhirnya Raja Wanapati keluar dari Istananya didampingi sang permaesuri serta para punggawanya, untuk menjelaskan kenapa penangkapan dilakukan terhadap kakek kilin. Dengan karismatik sang raja yang disegani rakyat karena kebijaksanaan dalam memimpin maka semua mata memandang dan tidak ada satu suarapun yang terdengar dari ribuan rakyat yang mendatangi raja tersebut, dan akhirnya dengan berdiri tegap sang raja memulai perkataannya: Salam buat kalian semua…wahai para rakyatku dan semua keluarga kerajaan, perlu diketahui oleh kita bersama bahwa, kerajaan kita saat ini dalam keadaan genting, sebagaimana yang kita ketahui bahwa kerajaan Wiranggapati yang dipimpin oleh raja Diraja Diningrat akan mendatangi kita untuk mengadakan taruhan yang jika kita bisa menjawab taruhan tersebut maka kita akan mendapatkan kemerdekaan penuh tanpa harus membayar upeti atas hasil jerih payah pertanian, peternakan dan harta kita, dan sebaliknya jika kita tidak bisa menjawab tebakan tersebut maka kita harus keluar dari kerajaan yang kita cintai ini sehingga kerajaan ini milik mereka, kalau melawan maka kita akan dibunuh oleh tentara mereka yang tujuh kali lipat lebih banyak dari tentara kita.
Sang rajapun terdiam sejenak, lalu ada beberapa orang perwakilan rakyat dan prajurit yang berdiri lalu berkata: kalau begitu kita lawan saja, kami siap untuk berperang, ya betul  kata yang hadir secara serempak. Lalu sang raja menjawab kesetiaan mereka: benar kita bisa melawan penjajahan mereka, namun sebelum ini kenapa tidak kita layani dulu tawaran mereka untuk taruhan tersebut, sehingga wahai para rakyatku… sengaja kami jemput kakek Kilin dan bukan kami culik, sengaja sebagaimana yang kita ketahui beliau adalah seorang yang bijaksana dan bisa menenbak sesuatu secara akurat. O..o..o… begitu…iya..iya..iya… serempak jawab yang hadir… lalu ada seorang warga yang berdiri dan mengajukan pertanyaan; wahai Raja kami yang dermawan kalau boleh tahu tebakan dari kerajaan Wiranggapati apa isinya…
Lalu sang Raja duduk disamping kakek kilin dan sambil menepuk pundak sang kakek dengan pandangan raja yang tetap mengarah kepara rakyat…sang raja berkata…tebakannya akan diperlihatkan pada saat mereka datang ke kerajaan kita. Wah itu tidak adil…kita tolak saja..kata penanya tadi…betul…kita perang saja..kata yang lainnya….. tenang wahai rakyatku kata sang raja. Kita pasti bisa menjawab seluruh pertanyaan kerajaan Wiranggapati. Dan akhirnya rakyatpun bubar kerumah masing-masing mereka kembali dengan penuh cemas dan kesiap siagaan apabila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
Sementara itu seiring dengan waktu yang terus berjalan, maka keluarga raja sekitar pukul delapan malam berkumpul diruang pendopo dengan beberapa perwakilan dari rakyat, waktu itu hadir pula sang kakek Kilin yang kelihatan ketidak tenangannya dikarenakan amanah yang begitu besar untuk menentukan nasib kerajaan dan penduduk. Lalu sang raja memulai membuka pembicaraan dengan menyapa seluruh yang hadir dan menegaskan bahwa, akan segera mengutus sang kakek kilin untuk meminta suatu pendapat atas pekerjaan khususnya itu, akhirnya sang kakek berkata: baik kalau begitu, saya merasa dihormati sangat berlebihan oleh paduka raja dan penduduk Wanapati, oleh karena itu jika sampai meleset taruhan ini, maka saya bersedia dihukum gantung oleh paduka raja dan penduduk wanapati, dikarenakan waktu taruhan akan berlangsung besok pagi sekitar pukul Sembilan sebagaimana yang tadi tuan paduka raja utarakan maka saya mohon waktu dan tempat khusus untuk saya pakai. Maka sang raja memberikan tempat yang khusus didalam sebuah ruangan yang begitu sunyi jauh dari keramaian dan dijaga oleh prajurit yang gagah perkasa.
Secara perlahan kakek kilin memasuki ruangan tersebut yang ternyata itu adalah tempat khusus sang raja melakukan rehat disela-sela kinerjanya. Lalu sang kakek selaku sang Muslim yang baik bergegas mengambil air wudu dan berwudu serta melakukan sholat sebagimana mestinya, tanpa ditunggu lama lagi sang kakek bergeas bangkit dari do’anya dan mencoba untuk melihat prajurit yang ada diluar, terlihat beberapa prajurit sedang berjaga dengan disiplinnya padahal malam sudah larut dan cuaca dingin sekali. Ditengah kegelisahan dan keyakinannya sang kakek keluar dan menemui prajurit lalu berkata: saya mohon ijin untuk sejenak pergi kepinggiran pantai guna melihat situasi di pantai tanpa harus ditemani oleh seorangpun, lalu prajurit tersebut berkata: oh tidak bagaimana dengan keselamatan kakek, nanti kalau ada apa-apa kami yang disalahkan raja karena kami bertugas menjaga keselamatan kakek, jangan kwatir kata sang kakek Cuma sebentar kok hanya untuk jalan-jalan sejenak saja sambil menghirup udara pantai.
Akhirnya sang kakek diijinkan untuk pergi ketepi pantai yang tidak jauh dari tempat yang disediakan sang Raja untuknya, ketika sang kakek menelususri beberapa meter tepian pantai maka terbersit dalam benaknya untuk mencoba mencari tahu tentang sejauh mana keberadaan kapal rombongan kerajaan wiranggapati yang dalam perjalanan menuju pantai tersebut, maka ia bergegas berjalan sedikit demi sedikit ia berenang dengan segala kekuatanya padahal usianya sudah hampir tujuh puluh tahun. Sementara itu para prajurit merasa gelisah karena lama sekali sang kakek belum kembali yang akhirnya mereka memeriksa ke tepi pantai dan tidak juga didapati kakek itu, para prajurit kerajaan memutuskan untuk kembali ke kerajaan guna melaporkan kejadian tersebut.
Setelah raja Wanapati menerima laporan maka ia dan rakyatnya menyangka bahwa kakek tersebut berusaha melarikan diri karena takut akan dihukum mati, dengan disebar sayembara dari kerajaan maka barang siapa yang bisa menemukan kakek Kilin hidup maupun mati akan diberikan imbalan tiga ekor sapi jantan dan 100 uang koin emas (senilai satu milyar rupiah). Sudah masalah besar dihadapan kerajaan ada ditambah dengan masalah sehingga kondisi kerajaan dan rakyat Wanapati benar-benar kacau balau, bahkan tidak sedikit kecuarigaan saling tidak percaya atas kejadian tersebut yang menyebabkan banyak pertikaian dalam waktu itu, kerajaanpun kelihatan kewalahan menerima unjuk rasa dari rakyatnya atas kemelut yang terjadi sampai banyak penjarahan, pembelotan dan pemberontakan dan pelarian dari kerajaan Wanapati ke Kerajaan wiranggapati. Yang pasti situasinya cukup mencekam dan terjadi perpecahan yang luar biasa mengkhawatirkannya.
Sementara itu kisah sang kakek yang terus berjuang mengarungi lautan lepas dengan bermodalkan keberanian, ia terus berenang dalam lautan yang begitu luas dan dalam yang akhirnya ditengah-tengah rasa lelah dan perjuangannya ia melihat dari kejauhan sebuah layar perahu yang berlayar menuju pantai kerajaan Wanapati, maka tumbuh semangat baru ia berusa berdiam diri detengah lautan guna menunggu kapal itu lewat kehadapannya. Ternyata ia memang seorang yang tepat perkiraannya, kapal tersebut merupakan kapal kerajaan Wiranggapati yang mengangkut raja Diraja Diningrat dan rombongannya yang hendak menuju kerajaan Wanapati dalam memenuhi taruhannya.
Sang kakek secra diam-diam memasukkan dirinya kedalam air laut supaya tidak tertabrak ketika kapal itu berlayar kehadapannya dan ketika kapal itu ada pas di atasnya sang kakek langsung meluncur kepermukaan air laut guna memegang sesuatu dari kapal tersebut sungguh kurang beruntung ia tidak sampai bisa memegang bagian bawah kapal tersebut untuk bisa menaikinya, namun nasib keberuntungan masih memihaknya ternyata kakinya terjerat pada salah satu tali tambang yang mengikat ban yang ada di atas kapal, sang kakek kembali berusaha untuk segera memegang tali tersebut dan akhirnya tali itu terpegang dan ia lepaskan dari jeratan yang mengenai kakinya, kembali dengan penuh semangat ia berusaha dengan hati-hati mendekati kapal dan akhirnya ia bisa menaiki kapal tersebut, mungkin karena jarak perjalanan yang begitu jauh dan melelahkan dari kerajaan Wiranggapati ke Kerajaan Wanapati terlihat di dalam kapal para prajurit dan beberapa keluarga kerajaan sedang pulang tertidur.
Sang kakek berusaha dengan hati-hati berjalan menelusuri kamar-kamar yang ada di dalam kapal tersebut, sehingga ia melihat ada satu kamar yang terang dengan lampu badainya dan terdengar suara perbincangan orang di dalamnya. Dengan perlahan dan pasti sang kakek mendekati kamar tersebut dan setibanya dipinggir dinding bertepatan didekat jendela kamar kapal yang cukup ada sela untuk mencoba mengintip kedalam, benar saja didalamnya terdapat orang sedang berbincang sambil tertawa-tawa dengan segenggam minuman yang sedang mereka nikmati, tiba-tiba terdengan salah satunya berkata:  ha…ha… kita pasti akan kaya dan pangkat kita pasti akan naik jika taruhan kita tidak bisa dijawab oleh raja Wanapatai…lalu yang satunya balik berkata : memangnya apa yang ditaruhan…jawab temannya: kalau tidak bisa menebak tebakan dari kita maka kerajaan dan wilayah Wanapati menjadi milik kita…ha…ha.. Tanya teman yang  satunya lagi: kamu tahu apa tuh tebakannya…jawab temannya itu: begini…mereka yang dikamar itu kelihatan sangat serius menyimak perkataan temannya yang mengetahui perihal tebakan tersebut, sementara sang kakek yang dari tadi mencuri dengar dari balik jendela kamarpun ikut serius mendengarkan isi pembicaraan orang-orang yang ada di dalam kamar tersebut dan dengan jelas terdengar oleh sang kakek bahwa isi tebakan itu adalah terdiri dari satu buah semangka dan satu ekor merpati yang mana semangka itu sudah diatur isi bijinya hanya ada tujuh dan burung merpati yang berjenis kelamin betina di reka-reka sehingga kelihatan seperti jantan.
Ketika sedang asyik dengan sedikit gugup keringatpun bercucuran dari badan sang kakek…ia langsung mengingat isi pembicaraan orang yang ada di kamar tersebut tiba-tiba dari belakang ada suara: hey .. siapa kau…sedamg apa…ternyata ada lima prajurit dengn senjata tombak yang siap menangkapnya…serentak yang di kamarpun keluar dan mengepung sang kakek yang kelihatan gemetar ketakutan… lalu sang kakek berkata kepada mereka: aku adalah penumpak kapal ini…kata prajurit: bohong dari tadi kami tidak melihat anda wahai kakek tua…akhirnya sang para prajurit menghampiri sang kakaek dan hendak menangkapnya. Maka sang kakekpun kelihatan tambah takut dan tersudutkan, namun dalam benak kakek tersebut muncul satu keberanian dari pada menyerah lebih baik terbunuh, sang kakekpun berusaha tergar dan berusaha berdiri bangkit dengan berkata: jangan mendekat atau kalian aku hajar. ha…ha…ha…gelegak tertawa para prajurit sambil berkata salah satu diantara mereka: masa kakek setua ini bisa menghajar kita …ha… lalu para prajuritpun menyergap sang kakek..dengan sekuat tenaga sang kakek mencoba melepaskan diri dari sergapan itu, dan tanpa dikira ia menemukan celah diantara sergapan itu, ia bisa lolos melalui dinding kayu belakang kapal yang bolong, dan tanpa berpikir panjang ia lari dan karena semangat yang tinggi ia terpeleset dan terjatuh ke laut yang mana waktu itu jam sudah menunjukan pukul tiga shubuh, air yang dingin dan bercakan darah dikeningnya karena terbentur badan kapal ketika ia berusaha untuk menyelamatkan diri dari kejaran para prajurit raja Wiranggapati yang bengis.
Ketika sang kakek terjatuh kedalam laut maka para prajuritpun menghentikan pengejarannya dan langsung menyatakan kakek itu pasti sudah mati tenggelam dan dimakan ikan hiu, hal itupun dilaporkan kepada sang Raja dan seluruh awak kapal bahwa terjadi penyusupan dan penyusup sudah mereka bunuh dan mayatnya dibuang kelaut. Dari kejadian itu para prajurit raja Wiranggapatipun membuat kesepakatan untuk tidak bercerita tentang kejadian yang sesungguhnya. Sehubung dengan proses perjalanan yang dilalui akhirnya sekitar pukul enam pagi kapal yang mengangkut rombongan kerajaan Wiranggapati berlabuh di pantai kerajaan Wanapati, disanahpun sudah langsung disambut oleh para dayang dari kerajaan wanapati untuk dipandu menuju ruang pendopo raja Wanapati. Sementara bagaimana dengan nasib sang kakek yang terjatuh ke laut apakah ia mati tenggelam dan dimakan ikan buas atau bagaimana.
Ternyata lain halnya dengan cerita sang kakek Kilin tersebut, ia mengulangi perbuatan awalnya dimana ia bisa menaiki kapal raja Wiranggapati iapun ketika terjatuh karena dikejar prajurit raja wiranggapati langsung melakukan aksi memegang tali belakang kapal yang menyambung langsung ke badan kapal tersebut, ketika kapal berlabuh maka sang kakekpun bergegas melepaskan diri dari kapal itu dan berenang, hanjat ketepi pantai melalui sisi pantai yang agak jauh dari berlabuhnya kapal raja wiranggapati.
Belum juga beristirahat dari perjuangan menyelamatkan diri dari kejaran prajurit raja Wiranggapati tiba-tiba dari belakang ada yang berteriak: tangkap si pengkhianat kerajaan…hore..e..kita pasti mendapatkan upeti sayembara raja Wanapati…ini dia sang pengkhianat..kita bawa ke raja.. ternyata kakek kilin ditangkap oleh warga wanapati dan belum juga sempat berkata, ia langsung digusur dan dibawa ke hadapan raja Wanapati. Sementara para tamu dari kerajaan wiranggapati menikmati jamuan sambil beristirahat yang penuh suka ria atas keselamatan mereka bisa memasuki kerajaan Wanapati, lain ceritanya di tempat terpisah kerajaan Wanapati terjadi sebuah keributan dengan tertangkapnya sang kakek yang dinyatakan kabur dan pembelot oleh raja dan rakyat Wanapati, terdengar raja wanapati berkata: wahai kakek kilin sungguh naïf dirimu mencoba berkhianat namun kini nyawamu sudah dipenghujung tanduk, lalu sang raja memanggil algojo  dan datanglah algojo kerajaan lengkap dengan sebilah pedang yang tajan dan siap memenggal kepala sang kakek.
Sang kakekpun miris ketika melihat algojo dengan pedang yang begitu mengkilap, lalu sang kakek memberanikan diri bangkit untuk berdiri, sang rajapun kaget dan membiarkan sang kakek berdiri lalu dengan suara gemetar dan terbata-bata sang kakek berkata: wahai raja Wanapati yang bijaksana dan Rakyat Wanapati yang berjiwa kesatria tolong dengarkan kata-kataku yang terakhir kalinya, raja dan hadirinpun terdiam sunyi mencekam suasananya, lalu sang kakek meneruskan pembicaraannya: jika kalian percaya kita akan selamat dari ancaman raja wiranggapati yang kejam, karena aku tahu apa yang akan dijadikan tebakan mereka, belum juga sang kakek selesai bicara.. serentak suara rakyat berkata: bohong…bunuh saja…gantung…penggal..dasar pengkhianat…maka sang rajapun berdiri dan berkata: tenanglah rakyatku…tenang, saya akan memberikan kesempatan yang terakhir kalinya pada kakek kilin untuk menjawab tebakan kerajaan wiranggapati, jika salah jawabannya maka itulah keputusan akhir hidup, jika benar maka akan kita jadikan ia sebagai penasehat kerajaan Wanapati. Rakyat wanapatipun terdiam.
Setelah istirahat dirasa sudah cukup, maka raja Wanapati besertan rombongan kerajaan menemui para tamu dari kerajaan Wiranggapati yang sudah lebih dulu menunggu di pendopo kerajaan, dengan diiringi tarian dan music khas kerajaan wanapati suasana tambah meriah ketika acrobat debus ditampilkan sebagai rasa hormat menyambut para tamu. Seusai acara pertunjukan mulailah kegiatan pertemuan dilaksankan, yakni ada sambutan dari ke dua raja kerajaan tersebut. Dan acara pokok tiba dengan mendatangkan dua orang prajurit dari kerajaan wiranggapati untuk membawakan seekor merpati dan sebuah semangka. Suasanapun semakin tegang yang akhirnya berkatalah raja wiranggapati kepada raja wanapati; silahkan amati burung merpati ini Jantan apa Betina, maka raja wanapatipun terdiam sejenak hatinya berperang antara percaya dan tidak terhadap kata-kata kakek kilin yang sudah menyatakan padanya bahwa merpati tersebut berjenis kelamin betina, karena kalau dilihat sepintas dari cirri pisik burung merpati tersebut sepertinya berjenis kelamin jantan, dan sementara itu algojo sudah siap menempelkan pedang dileher sang kakek yang ada dibelakang pendopo, sengaja tidak dihadirkan.
Raja wiranggapati berkata, cepat jawab atau serahkan kerajaan ini, sementara raja wanapati bertanya kepada para pakar hewan yang menemaninya: gimana menurut kalian, para pakar itu menjawab: sepertinya burung merpati itu jantan wahai raja yang agung, sang rajapun terdiam, namun akhirnya raja memutuskan dalam hatinya untuk menjawab sesuai arahan kakek kilin ia berkata: Betina. Serentak raja wiranggapati dan rombongan saling tatap dan terkejut, untuk menghilangkan rasa kaget dan menutupinya raja Diraja Diningrat berkata baiklah benarkah burung merpati ini berjenis kelamin betina kita hadirkan pakar hewan dari kerajaan kita masing-masing, maka setelah diperiksa oleh tim ahli dinyatakanlah bahwa benar burung merpati itu berjenis kelamin betina, gemuruh rakyat wanapati memenuhi pendopo kerajaan karena jawaban yang benar atas perntaan raja mereka, dan dibelakang pendopopun sang kakek tidak bisa menahan kegembiraannya ia tertawa, namun mendapat balasan pukulan dari tangan algojo sambil berkata: diam tua Bangka belum tentu satu tebakan lagi belum terjawab. Maka sang kakekpun terdiam namun ia yakin pasti raja Wanapati bisa memenangkan tebakan ini.
Selanjutnya, raja wiranggapatipun dengan nada agak malu dan marah berkata: hey raja Wanapati jangan dulu berbangga diri, jika yang satu ini tidak bisa dijawab, maka serahkanlah kerajaan dan rakyatmu kepada kekuasaanku, sang raja Wanapati hanya bisa tersenyum dan balik berkata: baik, sebaliknya jika kami yang menang silahkan dengan hormat kalian kembali ke kerajaan kalian dan jangan mengganggu kami lagi, kecuali kerajaan kalian kami miliki. Baik kita buktikan kata raja Wiranggapati. Akhirnya dipersilahkan kembali dua orang prajurit dari kerajaan wiranggapati untuk membawakan sebuah semangka, yang hadirpun terdiam baik dari kerajaan wanapati maupun dari kerajaan wiranggapati, lalu raja wiranggapati kembali bertanya: wahai raja wanapati berapakah jumlah biji yang ada didalam semangka ini. Kali ini raja wanapati tanpa ragu berucap : tujuh. Maka seketika itu juga raja wiranggapati dan rombongannya langsung saling mnatap dengan sejuta prasangka jangan-jangan ada pengkhianat diantara mereka, untuk menutupi kembali rasa malu yang kedua kalinya raja wiranggapati berkata: baik kita buktikan, maka dibelahlah semangka itu dan ketika dihitung bijinyaan  ternya terkumpul biji semangka tersebut berjumlah enam, ha..a…ha…tertawa yang bergitu menggelegar keluar dari mulut raja wiranggapati dan para rombongannya, sementara rakyat wanapati dan rajanya kaget serta ketakutan, dan juga dibelakang pendopo sang algojo sudah siap mengacungkan pedangnya untuk menunggu perintah dai raja wanapati memenggal leher kakek kilin, sang kakekpun diam tidak berdaya dengan sejuta rasa ketidak percayaannya. Sementara ada golongan yang bersuka ria dan ada golongan yang ketakutan tiba-tiba semua orang terdiam dan semua mata tertuju pada tumpukan semangka yang sudah dibelah-belah muncul seekor ulat, maka berkatalah seorang tim ahli hitung dari kerajaan wanapati yang ikut menghitung jumlah biji semangka yang berjumlah enam itu, katanya: tunggu wahai raja wiranggapati kita periksa ulat ini apa mungkin di dalamnya ada satu biji semangka, tidak mungkin kata raja wiranggapati. Untuk lebih pastinya ulat itu periksa saja kata raja wanapati ikut berharap. Maka ditangkaplah ulat tersebut dan diperiksa ternyata benar setelah dikeluarkan ada sebiji semangka dari dalam perut ulat tersebut.
Maka dengan kejadian itu, pulanglah raja wiranggapati dan balatentara sambil menanggung  rasa malu dan rasa kesal yang luar biasa, bahkan ada kabar raja wiranggapati sampai menghukum mati beberapa prajuritnya serta diantara rakyat kerajaan wiranggapati saling bermusuhan. Lain situasi dikerajaan wanapati sang kakek yang dianggap sebagai sang penyelamat langsung dinobatkan sebagai penasehat tertinggi raja Raden Ageng Abdul Halim II serta masyarakat yang kembali menjalani aktivitas hidup dengan lebih aman dan sejahtera.















KUCING PENYELAM



Diceritakan dalam sebuah kampung dizaman kerajaan Wanapati terdapat sekelompok keluarga yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, adik dan kakak juga seekor kucing berbulu tebal yang setia menemani keluarga tersebut, terlihat dipojok rumah merekapun ada seekor anjing yang begitu gemuk dengan warna hitam lekat sedang menjulurkan lidahnya seperti yang mengharapkan sesuatu yang bisa dimakan. Keluarga itu hidup dalam suasana tenang walau sang ayah sebagai kepala keluarga tersebut menafkahi mereka dengan cara mencari ikan disungai yang dekat rumahnya, ikan hasil tangkapannya kadang langsung dimasak untuk makan bersama dan jika ada lebih dijual ke pasar guna mendapatkan beberapa rupiah uang sebagai alat untuk membeli keperluan hidup lainnya, seperti pakaian, beras dan sebagainya.
Pada suatu hari setelah shalat shubuh tidak seperti biasanya sang ayah pergi kesungai untuk menangkap ikan atau udang masih pagi sekitar pukul lima yang biasanya ia pergi kesungai pukul Sembilan seusai memberi makan ternaknya yang ada dibelakang rumah. Dengan langkah kaki sang ayah yang meyakinkan ia berjalan menelusuri semak-semak yang dilaluinya dipinggiran sungai, dengan berbekal peralatan seadanya seperti jarring, pancing dan telombong atau wadah ikan ia terus menelusuri pinggiran sungai sambil mengayunkan jaringnya kesungai, terlihat beberapa ikan kecil dan udang diantara tumpukan sampah yang ikut terjerat ada didalam jarring tersebut, untuk ikan dan udang ia masukan ke telombong dan sampah sendiri ia simpan kedaratan supaya tidak masuk kembali kedalam seungai yang bisa menyebabkan terjadinya banjir.
Sekitar tiga jam lamanya perjalanan sang ayah menelusuri tepian sungai terlihat telombong tempat pemnyimpanan ikan dan udang hasil tangkapan begitu ringan menandakan isinya sedikit atau bahkan kosong, sambil melepas rasa lelah akhirnya sang ayah duduk dibawah pohon yang ada didekat sungai itu sambil meminum air the pahit bekal sehari-harinya sebagai penghilang dahaga, dan terlihat beberapa biji nangka yang sudah masak direbus sang istri untuk dimakan sebagai pengganjal perut dari rasa lapar, kadang juga dikala hasil tangkapan banyak ia membakar beberapa ekor ikan atau udang untuk dimakan, namun saat ini tangkapanpun tidak begitu banyak sehingga ia tidak bisa mengkonsumsi ikan atau udang hasil tangkapannya hari ini. Sekitar lima belas menit ia beristirahat dan kembali bersiap untuk meneruskan penangkapannya yang biasanya ia akhiri dipenghujung sungai yang mana sungai tersebut bercabang kesungai lain sekitar perjalanan satu setengah jam lagi, disanahlah sang ayah mengahkiri penangkapannya dengan membuka perangkap ikan yang ia pasang kemarinnya juga ia pasang sekarang untu besok dibuka kembali.
Tertangkaplah beberapa ekor ikan dan udang sebelum mencapai perangkap terakhir dipenghujung sungai itu nenambah jumlah hasil tangkapan ayah yang memang belum begitu banyak bila dibandingkan dengn hasil sebelumnya, ia pun dating kepenghujung sungai dan langsung menghampiri perangkap yang sudah terpasang sejak kemarin siang, dengan berjalan agak hati-hati antara harap akan mendapatkan hasil perangkap yang banyak dan rasa cemas atas ketidak berhasilan perangkapnya ia terus maju mendekati perangkap yang terdapat dibawah akar-akar pohon yang ada di pinggir sungai tersebut, ketika sang ayah menggemgam perangkap yang sudah tertutup rapat bergegaslah ia mengankatnya dan dengan penuh rasa semangat ia membawanya kedarat dan ketika dibua apa yang terjadi, dari tadi ia menduga pasti banyak ikan dan udangnya karena berat, namun setibanya didaratan dan ia membuka perangkap tersebut ternyata keluar dari perangkap tersebut seekor kura-kura yang agak aneh, warnanya aneh, matanya aneh, prilakunya aneh dan yang paling aneh kura-kura itu bisa menari-nari dihadapannya. Terlihat warna kura-kura itu kuning keemasan, bulat matanya dan kura-kura itu tidak lari melepaskan diri dari perangkap, malah kura-kura itu diam menatap sang ayah, sang ayahpun keheranan ia mencoba melepaskan kura-kura itu dan meninggalkannya, namun kura-kura itu hanjat kembali dan menemui sang ayah sampai sang ayah pulang kerumah kura-kura itupun ikut kerumah sang ayah.
Selama diperjalanan orang-orang kampung ramai dibelakang sang ayah mengikuti karena terpesona melihat seekor kura-kura yang aneh dan lucu, sesekali kura-kura itu melihat kekerumunan warga sambil menari-nari dan mengeluarkan suara aneh, hus..hus…kik…kik…..brem…bremmm..glegak wargapun tambah asyik dan tertawa sampai terbahak-bahak. Setibanya dirumah sang ayah masuk dan menyimpan beberapa ekor ikan dan udang hasil tangkapannya di kolam penyimpanan yang ada dipinngir rumahnya, istri dan anak-anakpun kaget kenapa di luar banyak sekali warga seperti yang mendemo para koruptor ji zaman sekarang, rame, berdesakan bahkan tidak sedikit warga yang mengatur supaya aman, yang paling heran kok warga seperti yang melemparkan lempengan koin rupiah ketengah-tengah kerumunun mereka, ada apa ini..kata sang istri dan anak-anaknya, lalu sang ayah bercerita, dan dari cerita tersebut semua orang rumah memahami kenapa warga banyak berdatangan kerumahnya.
Menjelang jam dua belas sing terlihat masih banyak warga yang berdatangan untuk melihat kura-kura tersebut dan terlihat kura-kura itu seperti sedang tertidur pulang mungkin karena kecapaian yang akhirnya sang ayah keluar dari rumah dan menghampiri warga agar member kesempatan kepadanya dank e kura-kura tersebut untuk beristirahat sejenak, wargapun bisa menerima dan pulang kerumah dank e kampung masing-masing karena merekapun ternyata dating dari kampung sebeluh yang jaraknya cukup jauh ternyata beritanya sudah menyebar cukup luas. Ketika sang ayah sedang berusaha membawa kura-kura itu untu dibawa kedalam rumah tiba-tiba kura-kura terbangundan menghampiri sang ayah sambil menari-nari ternyata kura-kura tersebut ingin dibuatkan tempat dan akhirnya dibuatkanlah tempat untuknya dari belahan bambu yang cukup nyaman untuknya, sang ayapun tidak lupa membuatkan kandang buat kucing dan anjing setianya, anjing dan kucingpun ikut bergembira memiliki tempat baru yang membuat mereka lebih nyaman lagi.
Hampir setiap hari warga yang berdatangan untuk melihat kura-kura terus memenuhi halaman rumah sang ayahpun kewalahan dan akhirnya dibuatkan pagar pembatas supaya lebih tertib dan aman, warga pengunjungpun ditertibkan oleh pengurus RT tersebut dan aparat RT yang sudah biasa mengurus keamanan seperti Hansip, Kamtibmas dan sebagainya, berkah dari kejadian tersebut banyak sekali uang terkumpul dari pengunjung yang secara suka rela memberikan uang pecahannya/receh sebagai tanda kepuasaan melihat kura-kura tersebut, bukan hanya keluarga sang ayah yang kebanjiri rizki tetapi warga dan pengurus RT setempatpun kebagian, sehingga kesejahteraanpun makin baik asbab dari kejadian itu, pembangunan sarana jalan, sarana olah raga, sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehata untuk warga terlihat membaik dari sebelumnya yang kurang baik, begitupun dengan kondisi ekonomi sang ayah dan sekeluarga pemilik kura-kura itu, makan, minum, pakaian, beras dan sebagainya bisa terpenuhi dengan cukup layak.
Hari-hari dikeluarga sang ayah begitu ramai oleh pengunjung dan kelihatan kita sang kura-kurapun terlihat lebih bersahabat dan tidak kelihatan lelah atau bosan dikunjungi warga, bahkan kini sang kura-kura memiliki teman dalam hari-harinya yaitu seekor kucing dan gogog punya sang ayah atau keluarga tersebut. Lama hal itu berjalan, seiring dengan perjalanan waktu, ada saja pihak lain yang tidak senang melihat hal tersebut, yakni tetangga dari sang ayah yang bersebrangan rumahnya diam-diam memiliki niat jahat untuk mengambil kura-kura tersebut, akhirnya rencana busuk tersebut mereka lakukan berserta keluarganya pada suatu malam secara diam-dian masuk kerumah sang ayah dan keluarga sedang tertidur pulas dan mungkin karena lelah kucing, anjing dan kura-kurapun terlihat tertidur sangat pulas, disitulah tetangga sebelah melakukan aksi bejatnya dengan mencongkel pintu rumag dan mengambil kura-kura yang sedang tertidur mereka membawanya dan langsung menempati rumah barunya yang sengaja mereka beli belakangan ini untuk menyimpan kura-kura jauh dari rumah semulanya yang bertetanggaan dengan rumah sang ayah pemilik kura-kura tersebut.
Pagi harinya, seusai sang ayah dan keluarga melaksanakan shalat shubuh merekapun beraktivitas seperti biasanya, sang ibi memasak dan mencuci, terlihat anak-anak sedang member makan ternak di belakang dan sang ayah sedang mencari ikan disungai, tiba-tibak anak perempuan yang paling kecil berusia 9 Tahunan dari keluarga mereka menangis seperti mendapatkan rasa sakit yang lauar bisa, maka semua keluarga berhenti dari aktivitasnya dan menghampiri sang anak yang menjerit-jerit, ternya ia menangis sambil memeluk tali ikatan kandang kura-kura, terlihat kandang dan kura-kurapun sudah tidak mereka dapatai, lalu merekapun bergegas member tahu sang ayah, setibanya dirumah sang ayahpun merasa kaget dan heran kenapa itu semua terjadi dan siapa yang melakukan kejahatan tersebut karena kura-kura hilang dengan kandangya, atau kura-kura itu lepas sendirinya, kata sang ayah. Tidak mungkin, masa lepas sendirinya dengan kandangnya, kata anak-anaknya.
Akhirnya merekapun kembali berenung mengisi hari-harinya yang tampak lebih terpuruk, mereka kembali hidup dengan hasil tangkapan yang seadanya dan ekonomi wargapun sedikit demi sedikit mengalami keterpurukan, sementara tetangga yang mencuri kura-kura tersebut ternyata mereka membeli rumah baru jauh dari kampung tempat semula mereka, kini mereka bertempat tinggal di daerah pesisir pantai ujung kulon banten, rumah yang besar, mewah dan kura-kurapun terdapat disanah dengan pengunjung yang laur biasa ramenya dan ditarif per jam melihat sebesar lima ratus rupian kalau sekarang setara dengan nilai lima ratus ribu rupiah perjam. Dari penghasilan itulah mereka kaya raka dan tempat baru merekapun belum diketahui oleh penduduk kampung sebelumnya, sengaja mereka pindah dari kampung wanapati yakni tempat tinggal yang sebelumnya jauh ke ujung kulon salah satu tujuaanya agar keberadaan mereka tidak diketahui penduduk wanapati.
Hari-hari yang sepi mencekam menyelimuti keluarga sang ayah di wanapati mereka masih menyimpan tanda Tanya besar kemana kura-kura itu, terceritakan bahwa kucing dan anjing punya sang ayah tertuduh melakukan persekongkolan untuk hilangnya kura-kura padahal kucing dan anjing sang ayah tidak tahu atas hilangnya kura-kura tersebut, konon katanya anjing dan kucingpun diusir sang ayah sehingga kucing dan anjing pergi menelusuri perhutanan entah pergi kemana. Dalam bahasa hewan, kucing dan anjing satu sama lain saling bertukar pendapat, kata sang kucing: gog kita sudah dituduh oleh majikan menghilangkan teman kita kura-kura sungguh malang nasib kita, iya nih aduh kita mesti kemana nih, perut aku sudah terasa lapar nih cing kata anjing. Lalu sang kucing menjawab: kita tidak mesti diam begitu saja, harus kita buktikan bahwa kita tidak mengkhianati majikan kita, kita harus cari tahu dan harus mendapatkan kembali kura-kura itu dan kita serahkan pada majikan kita. Ah gak usah biarin aja, kita cari lagi aja majikan baru kata sang gogog. Jangan kita mesti buktikan pada majikan kita bahwa kita benar dan tetap setia pada mereka kata sang kucing. Akhirnya mereka berjalan dan terus berjalan, yang akhirnya mereka memasuki wilayah jawa barat bagian penghujung barat, entah kenapa ketika mereka merasa lapar dan mencoba mencari makanan didalam truk pengangkut sampah yang sedang terparkir, tiba-tiba truk tersebut berjalan dan merekapun tidak berdaya terangkut beserta sampah tersebut. Selama dalam perjalanan kucing dan gogog saling menyalahkan dan akhirnya mereka terdiam karena merasa capek satu sama lain tidak mau mengalah, lama perjalanan sekitar lima jam akhirnya truk pengangkut sampah itu berhenti disalah satu tempat pengisian bahan bakar mobil disela-sela itulah kucing mencoba mencuri pandang dari lobang bak truk yang terbuat dari kayu yang sudah agak bolong terlihat ada plang bertuliskan TPA Pantai Karang Bolong 15 Km. belum juga mencoba untuk memanjat dan berusaha turun truk tersebut kembali berjalan sesuai arah plang yang sempat terlihat oleh sang kucing.
Sekitar satu jam perjalanan rupanya truk tersebut berhenti disalah satu tempat akhir pembuangan sampah yang terlihat luat dan menggunung sampahnya, mobilpun mengambil posisi yang pas untuk menurunkan sampah-sampah dari truk, dan dalam kesempatan itulah kucing dan anjing tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk loncat dan berlari, akhirnya konektur truk melihat keberadaan mereka, dengan sigap bercampur rasa takut kucing dan anjingpun loncat dan lari terbirit-birit, rupanya lari mereka membawa kearah pantai ujung kulun, disana mereka beristirahat sambil memandang luasnya lautan, sesekali mereka mencoba menangkap ikan laut yang kedaratan dan ikanpun tidak mudah untuk ditangkap bahkan mereka tidak mendapatkan tangkapan yang ada malah tambah lelah dan tambah lapar, dalam keadaan lapar mereka berjalan menelusuri pantai ujung kulon, dsan tidak lama berjalan mereka melihat ada sebuah rumah mewah berdiri tegak di pulau terkecial yang ada sekitar tiga ratus meter dari panatai, wah ada rumah bagus tuh kayanya banyak makanan disana, yuk akh kita coba kesana kata anjing, kata kucing: hati-hati gok kita kan lapar nanti bukannya samapai kesana dan makan enak malahan kita tenggelam dan dimakan ikan hiu, jangan kuatir kita lapar harus cepat mendapatkan makan, akhirnya sang gogog berenang duluan dan kucingpun melihat gogog pergi sendiri ia menyusul berenang, akhirnya sang gogogpun sampai kedaratan ia bersedih karena tidak bisa melihat kucing menyusulnya, wah kucing kemana ya kata sang gogog, tiba-tiba baru nyampe nih kata kucing didepannya, wah kamu sudah disini, lewat mana kata anjing, sama aku juga lewat laut berenang tapi aku melalui dasar lain dengan cara menyelam kata kucing.
Akhirnya mereka berencana memasuki rumah mewah itu, namun tiba-tiba sang kucing menghentikan langkahnya sambil memegang pundak gogog, berhenti kata kucing, gogog bertanya: kenapa, biar kamu nunggu disini saja, karena yang punya rumah tidak suka melihat anjing, terlihat tadi ada anjing yang dilempar gayung kata kucing, baiklah tapi ingat bawa  makanan kesini yang banyak kata gogog, kucing menjawab: siap juragan. Akhirnya dengan rasa lapar sang gogog menunggu balik tanaman bunga yang terdapat dihalaman rumah mewah tersebut. Setelahnya sang kucing berusaha memasuki pintu rumah yang belum sempat tertutup oleh pemilik rumah tersebut, kucing mulai mendekati sang pemilik rumah, wah ada kucing bagus aku suka, kata sang pemilik rumah, namun sang kucing malah diam termangu bukannya senang dipangku oleh pemilik rumah itu, dalam hatinya kucing berkata: rasanya aku kenal pemilik rumah ini, sepertinya dia tetangga majikan saya yang di wanapati, namun kucing bergegas untuk menyembunyikan rasa kagetnya dan akhirnya pemilik rumah menggendongnya dan dibawa kekeluarga yang lainnya, begitu hangat sambutan keluarga itu rupanya mereka benar-benar menyukai kucing, sangkucingpun diberi makan dan minum yang enak-anak sambil makan sang kucil mencari tahu bagaimana ia bisa memastikan bahwa mereka adalah tetangganya yang dulu di wanapati, ketia kucing sedang asyik makan tiba-tiba anak dari yang punya rumah itu membawa keranjang yang sepertinya didalam terdapat sesuatu, anak itupun kelihatan menaruhnya didekat kamar tidurnya, karena keingin tahun sang kucing mendekati keranjang tersebut dan ketika dibuka, kucing tersentak kaget karena didalamnya terdapat seekor kura-kura yang mirip kura-kura milik majikannya yang di wanapati, dan ketika ia mecoba membuka keranjang itu lebih lebar untuk memastikannya dibelakang terdengan anak itu berteriak: hay kucing jangan ganggu mainanku, kucingpun serentak terkejut dan langsung mengambil kura-kura dan lari meloncati jendela yang terbuka menghadap kea rah lautan lepas, maka seisi rumah rebut mencoba mengejar sang kucing, kucing berlari menuju persembunyian gogog dan gogogpun gembira melihat temannya kembali dengan menggenggam sesuatu, nah gitu dong aku udah lapar nih, sinih bawa apa tuh kata gogog, kata kucing: nanti aja ayo kita lari dulu, tanpa basa-basi kucing lari duluan dan gogogpun dengan perut tetap lapar ikut lari menuju pantai, ada apa kata gogog, aku menemukan kura-kura yang hilang, ternyata dicuri sama tetangga majikan kita yang di wanapati kata kucing. Mana aku lihat, oh iya benar, udah tangan sayakan lebih besar biar saya aja yang bawa kata gogog, ya silahkan hati-hati awas lepas kata kucing.
Merekapun segera menceburkan diri kelaut karena para pemilik rumah sudah ke;lihatan dekat hendak menangkap mereka dengan membawa peralatan berat, kucing yang memang ahli dalam berenang dan menyelam mengayuh kakinya melesat jauh didepan sang gogog yang tidak begitu pandai berenang apalagi menyelam, terutama disampai kucing ahli berenang dan menyelam kucing sudah banyak makan dulu dirumah mewah tersebut, sementara gogog belum makan ia lemes, lapar dan kecapaian, ketika ia sedang berenang tiba-tiba didepannya terdapat seekor ikan mengapung, tanpa berpikir panjang ia menangkap ikan itu dan memakannya sehingga tenaganya muncul kembali dan ia berenang menyusul kucing yang sudah ada ditepi pantai, setibanya didaratan sang kucing membantu anjing untuk hanjat kedaratan, merekapun selamat sampai daratan, namun tiba-tiba belum juga mereka istirahat dengan cukup sang gogog berkata: celaka kura-kura yang tadi aku pegang hilang, hilang dimana Tanya kucing, tadi ketika berenang aku lapar dan menangkap ikan untuk aku makan, dan kura-kura terlepas dari genggamanku kata gogog dengan rasa bersalah dan penyesalan yang dalam. Iyakan, tadi sudah saya pegang tapikan kamu yang minta untuk dibawa kura kura itu, kata kucing dengan nada agak sinis. Ketika suasana diantara kucing dan gogog agak memanas tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kehadiran seekor burung pelatuk yang memiliki pelatuk panjang dan tajam serta berbulu hitam kemilau menghampiri mereka, hey kucing , gogog lagi pada ngapain ada di wilayahku kata burung itu, tidak, kami tidak bermaksud menjajah wilayah kekuasaanmu, kami sedang mengalami masalah, kata kucing, apa masalahnya, mungkin bisa saya bantu kata burung, begini, kura-kura punya majikan kami masuk kedasar lau, hendak kami cari dan membawa pulang kembali ke majikan kami, kata kucing. Sementara gogog diam terpaku dari tadi karena merasa malu dan bersalah atas kejadian tersebut. Baik akan aku coba mencari dan mendapatkannya, kata sang burung.
Burung pelatuk yang memiliki warna hitam kemilaupun terbang melesat menembus awan dan tiba-tiba kembali ia melesai dengan patuk lurus menuju gumpalan ombak laut yang cukup tinggi, burung itu masuk menabrak ombak dan langsung mencari seekor kura-kura yang digambarkan kucing dengan cirri-ciri tersebut, akhirnya sang burung setelah kurang lebih selama tiga puluh lima menit ada didasar laut melihat satu kura-kura yang berwarna kuning dan keemasan sedang menari dengan ikan-ikan kecil disekelilingnya, hey kura-kura, apa kamu memiliki majikan yang ada di desa wanapati yang memiliki peliharaan satu ekor kucing dan satu ekor gogog kata burung, benar mereka adalah majikan saya, kenapa kamu tahu tentang itu kata kura-kura, lalu sang burung menjawab, iya saya diminta tolong oleh kucing dan gogog untuk menjemputmu, oh baik saya ikut denganmu kata kura-kura. Kura-kurapun memegang bagian punggung burung itu dan meluncur tinggi menuju udara, kembali burung itu melesat menembus awan dengan kura-kura dipunggung, lalu tidak lama kemudian burung itu kembali melesat menuju sang kucing dan gogog yang sedang menunggu ditepi pantai, setibanya dihadapan kucing dan gogog maka burung pelatukpun menyerahkan sang kura-kura, bergegaslah sang kucing memegangnya dan mengucapkan terimakasih pada burung tersebut, sebagai tanda terimakasih kami, maka ijinkan kami untuk memberikan sesuatu padamu kata kura-kura yang sedang digendong kucing. Lalu kura-kura minta diturunkan dan langsung mendekati burung tersebut, setelah kura-kura itu menempelkan badabnya keekor burung itu, secara  kilat bulu burung itu yang hitam kemilau berubah menjadi warna kekuning emasan dibagian kepalanya dan warna hijau, biru, oren dibagian sayapnya, putih bagian punggungnya dan memiliki warna hitam kelam bagian ekornya, wah aku jadi indah gini, trimakasih kembali kata burung sambil terbang menuju lautan lepas guna mencari makanannya.
Sementara itu suasana dirumah sang ayah di desa wanapati berada dalam suasana cukup sepi, mencekam dan tidak tampak aktivitas warga yang berkunjung, terdengar suara dari dal rumah tersebut, hem..m..anak-anakku dan istruku, ayah mohon ma’af atas kejadian yang menimpa keluarga saat ini, ayah telah menuduh kalian melakukan kesalahan dan membuat kalian saling membenci, mungkin salah satunya hal yang pantas ayah lakukan sebagai hukumannya, ayah mohon pamit mau mencoba mencari nafkah dinegeri orang untuk biaya hidup kalian, bagaimana apa kalian menyetujuinya, semua anak-anaknya termasuk istrinya terdiam antara ya menhijinkan dan tidak untuk mengijinkan ayahnya pergi keluar desa mereka, namun hal itu tidak berujung panjang karena mereka dikagetkan dengan suara raungan gogog dan kucing dihalaman rumah, ternyata mereka adalah kucing dan gogog miliknya yang dulu sempat diusir, sang ayah dan keluargapun keluar menyambut mereka karena sudah lama tidak beserta mereka, sambil meminta ma’af sang ayah dan keluarga meminta ma’af pada kucing dan anjing mereka, anjing dan kucingpun mengangguk-nganggukan kepala pertanda menerima ma’af majikannya. Yang lebih terharu lagi bagi sang ayah dan keluarganya ternyata dibelakang kucing dan gogog berjalan dengan merayap sang kura-kura kecil nan lucu menghampiri sang ayah, maka lengkaplah sudah kebahagiaan keluarga ini, dan keesokan harinya mereka bisa berkumpul bersuka ria dan bersyukur atas kebersamaan itu, tidak lupa sang kucing, anjing dan kura-kurapun menceritakan kejadian pada majikan mereka yang sebenarnya terjadi, sang majikanp[un dengan jiwa besar memaklumi mereka dan mendatangi rumah tetangga yang mencuri kura-kura, ternyata mereka sudah kembali menempati rumah tersebut, dan malu serta kaget melihat kucing yang dulu pernah memasuki rumhnya sewaktu di pulau ujung kulon, belum selesai dari rasa kagetnya sang kura-kurapun hadir bersama mereka, maka tetangga itu sebelum sang ayah sekeluarga bercerita, sang tetangga dan keluarga merasa malu dan mohon ma’aaf yang sebesar-besarnya dan sang ayah beserta keluargapun menerima ma’af tetangga tersebut, terceritakan hidup mereka berjalan akur, sejahtera dan saling membantu begitupun dengn hidup warga setempat kembali mengalami kepesatan yang luar biasa, sementara kucing, gogog san kura-kura kembali memberikan hiburan kepada para pengunjung dengan penampilan yang lebih anggun dan mempesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tafadhlol akhi...ukti...silahkan...BTS ( Bebas Tapi Sopan )